Bandarlampung (ANTARA) - Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi Lampung menyatakan, potensi perputaran ekonomi melalui kegiatan Lampung Festival 2025 dapat mencapai Rp30-50 miliar.
"Lampung Festival 2025 merupakan tindak lanjut dari inisiasi Gubernur Lampung untuk mendukung gerakan Bangga Berwisata dan Bangga Buatan Indonesia. Dan potensi perputaran ekonomi yang dapat didapat dari kegiatan ini dapat mencapai Rp30-50 miliar," ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung Bobby Irawan berdasarkan keterangannya di Bandarlampung, Jumat.
Ia mengatakan, kegiatan Lampung Festival 2025 juga diproyeksikan dapat menambah kunjungan wisatawan ke Lampung, yang selama 2025 ini ditargetkan sebanyak 20 juta kunjungan dari target nasional sebesar 1,7 miliar perjalanan wisata.
"Lampung Festival 2025 dilaksanakan selama 15 hari, yang dimulai sejak 11-25 November 2025 di Pusat Kegiatan Olahraga (PKOR) Way Halim dan akses masuk gratis bagi pengunjung," katanya.
Dia menjelaskan, festival tersebut menampilkan berbagai kegiatan seperti Festival Seruput Kopi Lampung, Edukasi Kopi, Temu Bisnis dan Kopi Gratis, Festival Kemilau Budaya Lampung.
Kemudian Festival Nemui Nyimah, Festival Jaran Kepang, Festival Drumband Pelajar, Festival Budaya Urban, Festival Kuliner, hingga Lampung Phoria yang merupakan festival musik.
"Selain itu, masyarakat juga bisa mengunjungi anjungan dari pemerintah 15 kabupaten dan kota di Provinsi Lampung, lalu ada juga lebih dari 40 perusahaan, 14 Organisasi Perangkat Daerah, tiga perguruan tinggi, dan 250 UMKM turut berpartisipasi dalam Lampung Festival," ucap dia.
Menurut dia, festival tahunan tersebut menjadi ajang promosi pariwisata, budaya, dan potensi ekonomi kreatif daerah.
"Tahun ini Lampung Festival mengusung tema “Coffee and Tourism” yang menggambarkan sinergi antara dua sektor unggulan Provinsi Lampung yakni komoditas kopi dan pariwisata dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah," tambahnya.
Menurut dia, pada tahun ini, dalam pelaksanaan Lampung Festival seluruh rangkaian kegiatan terselenggara tanpa menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
"Festival ini berdiri di atas semangat kolaborasi inklusif antara Pemerintah Provinsi Lampung dengan sektor swasta, komunitas, pelaku UMKM, akademisi, hingga instansi vertikal yang bersama-sama berkomitmen mendorong kemajuan daerah," ujar dia.
