Upaya Sumsel menuju ekspor kopi perdana dan perluasan akses KUR
Nilai ekspor kopi melalui Pelabuhan Panjang cukup besar mencapai Rp14 triliun per tahun, dan Sumsel merupakan penyumbang devisa terbesar hampir 90 persen.
Palembang (ANTARA) - Sumatera Selatan (Sumsel) merupakan salah satu penghasil komoditas kopi robusta terbesar di tanah air dengan total produksi sekitar 212,4 ribu ton atau 26,7 persen dari total produksi nasional.
Kota Pagar Alam, Lahat, Muara Enim, dan Empat Lawang adalah wilayah penghasil kopi terbesar di Sumsel dengan luas lahan dan hasil panen yang signifikan.
Belum lagi OKU Selatan juga merupakan wilayah penghasil kopi terbesar di Sumsel dengan luas lahan mencapai 89.260 hektare (ha) dan produksi 62.399 ton kopi per tahun.
Namun demikian Sumsel tak menikmati pendapatan dari hasil ekspor komoditas yang menjadi unggulan daerah yang terkenal dengan Jembatan Musi dan kuliner empek-empeknya.
Hal itu karena ekspor komoditas kopi asal Sumsel tersebut melalui Pelabuhan Panjang, di Bandarlampung, Provinsi Lampung. Sehingga pendapatan daerah yang seharusnya masuk ke kas Pemèrintah Provinsi Sumsel, justru masuk ke Pemerintah Provinsi Lampung.
"Nilai ekspor kopi melalui Pelabuhan Panjang cukup besar mencapai Rp14 triliun per tahun, dan Sumsel merupakan penyumbang devisa terbesar dengan hampir 90 persen," kata Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatera Selatan dan Bangka Belitung Arifin Susanto, pada Journalist Class Angkatan 9 di Palembang, Sumsel, Senin.
Ia mengatakan selama 15 tahun ini Sumsel melakukan ekspor kopinya melalui Pelabuhan Panjang, Lampung.
Karena itu, katanya lagi, OJK Sumatera Selatan dan Bangka Belitung bersama pemerintah daerah setempat dan pemangku kepentingan lainnya mendorong percepatan ekspor komoditas kopi melalui pelabuhan khusus sendiri.
"Saya bersama Penjabat Gubernur Sumatera Selatan sering ngopi bareng di kantor OJK terus berdiskusi terkait pertumbuhan ekonomi daerah termasuk upaya ekspor perdana kopi dari Sumsel sendiri," katanya lagi.
Infrastruktur ekspor
OJK dalam upaya mengekspor biji kopi terus berkolaborasi dengan pemerintah untuk mengembangkan infrastruktur fisik dan finansial mendukung ekspor kopi secara langsung.
Selain itu, OJK bekerja sama dengan asosiasi kopi dan mitra internasional untuk memasarkan kopi Sumsel sesuai standar ekspor.
Lalu mendorong sertifikasi dan kepatuhan terhadap standar internasional. OJK memfasilitasi pelaku usaha kopi mendapatkan sertifikasi internasional seperti Fair Trade, Rainforest Alliance, dan organik.
"OJK memfasilitasi lembaga keuangan dan pelaku usaha kopi untuk memenuhi regulasi ekspor, legalitas, dan standar keamanan produk," ujar Arifin.
Untuk akses ekspor OJK bekerja sama dengan bank dan pemerintah untuk memfasilitasi ekspor kopi ke Eropa, Amerika, dan Asia, termasuk akses pembiayaan dan jaminan transaksi.
"Kami juga mendukung pemasaran kopi Sumsel lewat e-commerce global dan partisipasi di pameran internasional," katanya lagi.
Penguatan ekosistem pembiayaan petani kopi
OJK Sumsel dan Babel juga terus mendorong untuk penguatan ekosistem pembiayaan untuk petani kopi dengan mendorong lembaga keuangan memperluas akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi petani kopi untuk meningkatkan produktivitas.
Selain itu, juga memfasilitasi petani kopi dengan kredit mikro dan skema pembiayaan alternatif seperti crowdfunding dan fintech.
OJK, kata Arifin, juga mendorong mengembangkan asuransi pertanian untuk melindungi petani kopi dari gagal panen dan fluktuasi harga.
Lalu, mendukung pengembangan lembaga keuangan mikro di daerah dengan memfasilitasi penguatan lembaga keuangan mikro (LKM), seperti koperasi dan BPR untuk memberikan pembiayaan lebih mudah bagi petani kopi.
Mendorong LKM mengadopsi teknologi digital untuk mempermudah akses keuangan bagi petani dan UMKM kopi.
Guna peningkatan kapasitas dan literasi keuangan pelaku usaha kopi, pihaknya juga akan memberikan pelatihan literasi keuangan bagi petani dan pengusaha kopi terkait pengelolaan keuangan dan akses produk perbankan.
"Bank dan lembaga keuangan akan mendampingi pelaku usaha kopi dalam perencanaan bisnis dan pengelolaan risiko. Pengembangan fasilitas pembayaran digital untuk transaksi ekspor," ujar Arifin.
Ia menambahkan, OJK juga memfasilitasi penguatan LKM seperti koperasi dan BPR untuk memberikan pembiayaan lebih mudah bagi petani kopi serta mendorong LKM mengadopsi teknologi digital guna mempermudah akses keuangan bagi petani dan UMKM kopi.
Baca juga: Sumsel promosikan pariwisata melalui produk kopi khas daerah
Baca juga: Kopi asal Kota Pagaralam Sumsel siap ekspor
Kota Pagar Alam, Lahat, Muara Enim, dan Empat Lawang adalah wilayah penghasil kopi terbesar di Sumsel dengan luas lahan dan hasil panen yang signifikan.
Belum lagi OKU Selatan juga merupakan wilayah penghasil kopi terbesar di Sumsel dengan luas lahan mencapai 89.260 hektare (ha) dan produksi 62.399 ton kopi per tahun.
Namun demikian Sumsel tak menikmati pendapatan dari hasil ekspor komoditas yang menjadi unggulan daerah yang terkenal dengan Jembatan Musi dan kuliner empek-empeknya.
Hal itu karena ekspor komoditas kopi asal Sumsel tersebut melalui Pelabuhan Panjang, di Bandarlampung, Provinsi Lampung. Sehingga pendapatan daerah yang seharusnya masuk ke kas Pemèrintah Provinsi Sumsel, justru masuk ke Pemerintah Provinsi Lampung.
"Nilai ekspor kopi melalui Pelabuhan Panjang cukup besar mencapai Rp14 triliun per tahun, dan Sumsel merupakan penyumbang devisa terbesar dengan hampir 90 persen," kata Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatera Selatan dan Bangka Belitung Arifin Susanto, pada Journalist Class Angkatan 9 di Palembang, Sumsel, Senin.
Ia mengatakan selama 15 tahun ini Sumsel melakukan ekspor kopinya melalui Pelabuhan Panjang, Lampung.
Karena itu, katanya lagi, OJK Sumatera Selatan dan Bangka Belitung bersama pemerintah daerah setempat dan pemangku kepentingan lainnya mendorong percepatan ekspor komoditas kopi melalui pelabuhan khusus sendiri.
"Saya bersama Penjabat Gubernur Sumatera Selatan sering ngopi bareng di kantor OJK terus berdiskusi terkait pertumbuhan ekonomi daerah termasuk upaya ekspor perdana kopi dari Sumsel sendiri," katanya lagi.
Infrastruktur ekspor
OJK dalam upaya mengekspor biji kopi terus berkolaborasi dengan pemerintah untuk mengembangkan infrastruktur fisik dan finansial mendukung ekspor kopi secara langsung.
Selain itu, OJK bekerja sama dengan asosiasi kopi dan mitra internasional untuk memasarkan kopi Sumsel sesuai standar ekspor.
Lalu mendorong sertifikasi dan kepatuhan terhadap standar internasional. OJK memfasilitasi pelaku usaha kopi mendapatkan sertifikasi internasional seperti Fair Trade, Rainforest Alliance, dan organik.
"OJK memfasilitasi lembaga keuangan dan pelaku usaha kopi untuk memenuhi regulasi ekspor, legalitas, dan standar keamanan produk," ujar Arifin.
Untuk akses ekspor OJK bekerja sama dengan bank dan pemerintah untuk memfasilitasi ekspor kopi ke Eropa, Amerika, dan Asia, termasuk akses pembiayaan dan jaminan transaksi.
"Kami juga mendukung pemasaran kopi Sumsel lewat e-commerce global dan partisipasi di pameran internasional," katanya lagi.
Penguatan ekosistem pembiayaan petani kopi
OJK Sumsel dan Babel juga terus mendorong untuk penguatan ekosistem pembiayaan untuk petani kopi dengan mendorong lembaga keuangan memperluas akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi petani kopi untuk meningkatkan produktivitas.
Selain itu, juga memfasilitasi petani kopi dengan kredit mikro dan skema pembiayaan alternatif seperti crowdfunding dan fintech.
OJK, kata Arifin, juga mendorong mengembangkan asuransi pertanian untuk melindungi petani kopi dari gagal panen dan fluktuasi harga.
Lalu, mendukung pengembangan lembaga keuangan mikro di daerah dengan memfasilitasi penguatan lembaga keuangan mikro (LKM), seperti koperasi dan BPR untuk memberikan pembiayaan lebih mudah bagi petani kopi.
Mendorong LKM mengadopsi teknologi digital untuk mempermudah akses keuangan bagi petani dan UMKM kopi.
Guna peningkatan kapasitas dan literasi keuangan pelaku usaha kopi, pihaknya juga akan memberikan pelatihan literasi keuangan bagi petani dan pengusaha kopi terkait pengelolaan keuangan dan akses produk perbankan.
"Bank dan lembaga keuangan akan mendampingi pelaku usaha kopi dalam perencanaan bisnis dan pengelolaan risiko. Pengembangan fasilitas pembayaran digital untuk transaksi ekspor," ujar Arifin.
Ia menambahkan, OJK juga memfasilitasi penguatan LKM seperti koperasi dan BPR untuk memberikan pembiayaan lebih mudah bagi petani kopi serta mendorong LKM mengadopsi teknologi digital guna mempermudah akses keuangan bagi petani dan UMKM kopi.
Baca juga: Sumsel promosikan pariwisata melalui produk kopi khas daerah
Baca juga: Kopi asal Kota Pagaralam Sumsel siap ekspor