Bank Jago terapkan gamifikasi sebagai sarana edukasi finansial kepada masyarakat
Jakarta (ANTARA) - PT Bank Jago Tbk menerapkan metode gamifikasi sebagai salah satu sarana edukasi finansial kepada masyarakat, terutama di kalangan milenial dan gen z.
Hal itu dilakukan Bank Jago dengan meluncurkan gim Jago Money Quest, gim interaktif berbasis web.
“Gim ini adalah upaya kita agar lebih relevan, terutama untuk teman-teman yang masih mahasiswa,” kata Head of Sustainability & Digital Lending Bank Jago Andy Djiwandono dalam Forum Jurnalis Jago di Jakarta, Rabu.
Dalam pembuatannya, Bank Jago bekerja sama dengan pengembang gim asal Bandung, Agate.
Andy menjelaskan, mengacu pada Kerangka Kesehatan Finansial PBB (UN Financial Health Framework), Jago Money Quest menempatkan para pemainnya menghadapi berbagai simulasi situasi keuangan yang terbagi dalam delapan level permainan, mulai dengan karakter sebagai mahasiswa baru hingga lulus universitas dan bekerja.
Dalam Jago Money Quest, lanjut Andy, para pemainnya tak hanya fokus pada faktor keuangan saja tetapi juga diajak untuk memperhatikan faktor lain dalam membuat keputusan finansial, seperti kesehatan dan waktu untuk mempertimbangkan nilai suatu pilihan dibandingkan hanya mempertimbangkan harga.
“Kami berharap Jago Money Quest dapat membuat generasi muda lebih peduli terhadap kesehatan finansialnya, lebih percaya diri dalam pengelolaan keuangan, dan memiliki tujuan jangka panjang keuangan yang berkelanjutan,” tutur Andy.
Inovasi Bank Jago dalam penerapan gamifikasi tersebut didasari oleh komitmen untuk membangun kepedulian masyarakat terhadap kesehatan finansial.
Oleh karena itu, selain menyediakan produk dan layanan keuangan melalui Aplikasi Jago, Bank Jago juga fokus melakukan edukasi keuangan.
Andy mengatakan edukasi finansial perlu dilakukan sejak dini karena memainkan peran penting dalam meningkatkan kehidupan masyarakat Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, Perencana Keuangan Rista Zwestika menambahkan bahwa salah satu tantangan generasi muda untuk mewujudkan kesehatan finansial saat ini adalah tidak memiliki kesadaran terhadap visi dan tujuan keuangan yang jelas.
Padahal keduanya merupakan bagian dari kesehatan finansial yang baik dan menjadi kunci masa depan mereka.
Kurangnya literasi keuangan di kalangan milenial dan gen z tercermin dari banyaknya kalangan mereka yang terjerat pinjaman daring (pinjol) dan investasi bodong.
Dalam paparannya, Rsta menyampaikan data data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwa sekitar 30-40 persen korban investasi bodong merupakan kalangan milenial dan gen z.
Berdasarkan data OJK dan Indef tahun 2023, masyarakat di bawah umur 19 tahun yang tercatat sebagai penerima pinjol mencapai 72.142 orang dengan jumlah pinjaman sebesar Rp168,87 miliar.
Kemudian, di rentang umur 19-34 tahun, jumlah penerima pinjol mencapai 10.914.970 orang dengan jumlah pinjaman yang mencapai Rp26,87 triliun.
Hal itu dilakukan Bank Jago dengan meluncurkan gim Jago Money Quest, gim interaktif berbasis web.
“Gim ini adalah upaya kita agar lebih relevan, terutama untuk teman-teman yang masih mahasiswa,” kata Head of Sustainability & Digital Lending Bank Jago Andy Djiwandono dalam Forum Jurnalis Jago di Jakarta, Rabu.
Dalam pembuatannya, Bank Jago bekerja sama dengan pengembang gim asal Bandung, Agate.
Andy menjelaskan, mengacu pada Kerangka Kesehatan Finansial PBB (UN Financial Health Framework), Jago Money Quest menempatkan para pemainnya menghadapi berbagai simulasi situasi keuangan yang terbagi dalam delapan level permainan, mulai dengan karakter sebagai mahasiswa baru hingga lulus universitas dan bekerja.
Dalam Jago Money Quest, lanjut Andy, para pemainnya tak hanya fokus pada faktor keuangan saja tetapi juga diajak untuk memperhatikan faktor lain dalam membuat keputusan finansial, seperti kesehatan dan waktu untuk mempertimbangkan nilai suatu pilihan dibandingkan hanya mempertimbangkan harga.
“Kami berharap Jago Money Quest dapat membuat generasi muda lebih peduli terhadap kesehatan finansialnya, lebih percaya diri dalam pengelolaan keuangan, dan memiliki tujuan jangka panjang keuangan yang berkelanjutan,” tutur Andy.
Inovasi Bank Jago dalam penerapan gamifikasi tersebut didasari oleh komitmen untuk membangun kepedulian masyarakat terhadap kesehatan finansial.
Oleh karena itu, selain menyediakan produk dan layanan keuangan melalui Aplikasi Jago, Bank Jago juga fokus melakukan edukasi keuangan.
Andy mengatakan edukasi finansial perlu dilakukan sejak dini karena memainkan peran penting dalam meningkatkan kehidupan masyarakat Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, Perencana Keuangan Rista Zwestika menambahkan bahwa salah satu tantangan generasi muda untuk mewujudkan kesehatan finansial saat ini adalah tidak memiliki kesadaran terhadap visi dan tujuan keuangan yang jelas.
Padahal keduanya merupakan bagian dari kesehatan finansial yang baik dan menjadi kunci masa depan mereka.
Kurangnya literasi keuangan di kalangan milenial dan gen z tercermin dari banyaknya kalangan mereka yang terjerat pinjaman daring (pinjol) dan investasi bodong.
Dalam paparannya, Rsta menyampaikan data data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwa sekitar 30-40 persen korban investasi bodong merupakan kalangan milenial dan gen z.
Berdasarkan data OJK dan Indef tahun 2023, masyarakat di bawah umur 19 tahun yang tercatat sebagai penerima pinjol mencapai 72.142 orang dengan jumlah pinjaman sebesar Rp168,87 miliar.
Kemudian, di rentang umur 19-34 tahun, jumlah penerima pinjol mencapai 10.914.970 orang dengan jumlah pinjaman yang mencapai Rp26,87 triliun.