Rektor Untirta ungkap jalur afirmasi untuk aksesbilitas anak pendidik

id Lampung,Suap Unila

Rektor Untirta ungkap jalur afirmasi untuk aksesbilitas anak pendidik

Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) yang juga Ketua Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri (BKS-PTN) Wilayah Barat Fatah Sulaiman, saat menjadi saksi pada sidang lanjutan kasus suap penerimaan mahasiswa baru (PMB) Tahun 2022 di Pengadilan Negeri (PN) Tanjungkarang. Bandarlampung, Selasa (7/2/2023). (ANTARA/Dian Hadiyatna)

Bandarlampung (ANTARA) - Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) yang juga Ketua Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri (BKS-PTN) Wilayah Barat Fatah Sulaiman, mengungkapkan bahwa jalur afirmasi merupakan aksesibilitas untuk putra-putri pendidik.

"Jalur afirmatif ini sebetulnya untuk mengakomodir beban lingkungan di masing-masing perguruan tinggi, seperti dosen dan guru," katanya saat menjadi saksi atas terdakwa Karomani pada sidang lanjutan kasis suap penerimaan mahasiswa baru (PMB) Unila, di Pengadilan Negeri Tanjungkarang, Bandarlampung, Selasa.

Ia mengatakan bahwa hal tersebut berdasarkan amanah Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 yang mengatur aksesibilitas putra-putri pendidik diberikan kemudahan akses.

"Untuk pasal saya lupa. Tapi dalam penerimaannya juga harus ada pasing grade," kata dia.

Dia juga mengatakan bahwa untuk masuk dengan afirmasi memang hanya bisa melalui jalur mandiri, karena untuk Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tidak memungkinkan. 

Ia pun mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil diskusi dari perguruan Tinggi yang berada di Wilayah Barat ditetapkan bahwa untuk afirmasi di masing-masing PT itu 30 persen dan 70 persen dari kuota PMB.

"Tahun 2022 ada 25 dari 37 Perguruan Tinggi yang mengajukan proposal ikut gabung seleksi mandiri melalui BKS-PTN Wilayah Barat. Jadi awalnya ada 20 persen afirmasi namun ada keberatan dari beberapa PTN, kemudian saya sarankan 30 persen afirmatif," kata dia.

Terkait Unila tidak sesuai menjalankan kesepakatan yang telah ditetapkan yakni 30 persen afirmasi, Rektor Untirta itu mengakui tidak mengetahuinya.

"Saya tidak tau kalau Unila tidak 30 persen karena pengawasan ke masing-masing perguruan tinggi anggota belum ada. Ke depan akan ada perbaikan ke depan dan pengawasan akan dilakukan," kata dia.

Ia pun mengatakan bahwa dalam PMB mandiri yang didaftarkan melalui afirmasi secara teknis dari tim IT nya.

"Jadi nanti ada peserta yang didrop dengan warna hitam, kuning dan hijau. Kalau hitam tidak bisa diubah karena tidak ada databasenya, tak ikut ujian atau nilainya nol," kata dia.