Rektor Itera kupas seputar jamur cordyceps di liputan6 talk

id lampung, itera, kampus, universitas

Rektor Itera kupas seputar jamur cordyceps di liputan6 talk

Rektor Itera kupas seputar jamur cordyceps di liputan6 talk (ANTARA/HO-Itera)

Jamur Cordyceps ini sebagian besar menyerang serangga, sebagai penyeimbang dan pengontrol serangga di alam

Bandarlampung (ANTARA) - Rektor Institut Teknologi Sumatera (Itera) yang juga ahli bioteknologi mikroba Prof. I Nyoman Pugeg Aryantha, menjadi narasumber program Liputan6 Talk, membahas seputar jamur Cordyceps yang viral setelah dirilisnya film The Last of Us.

Dalam film tersebut diadegankan adanya pandemi yang disebabkan jamur Cordyceps yang menginfeksi manusia hingga menjadi zombie.

Dalam dialog yang dipandu Gracia Bern, neberapa waktu lalu, Rektor Itera menjelaskan jamur dengan nama ilmiah Ophiocordyceps unilateralis ini merupakan jamur parasit yang bisa membuat inangnya berkelakuan aneh seperti meronta-ronta sampai mati, sehingga disebut seperti zombie.

Jamur Cordyceps ini sebagian besar menyerang serangga, sebagai penyeimbang dan pengontrol serangga di alam.

Menurut Prof. I Nyoman, secara sejarah scientific tidak ada jamur yang bisa membuat manusia meninggal. Sejarah hanya pernah mencatat adanya jamur yang menyerang tanaman yang mengakibatkan kelangkaan pangan di Eropa, yaitu jamur phytophthora. Kejadian tersebut yang membuat manusia meninggal akibat kelaparan.

“Jadi bukan patogen pada manusia tetapi pada tumbuhan pangan. Meskipun juga ada jamur yang bisa membuat keracunan, seperti beberapa jamur yang masih satu kerabat secara famili dengan cordyceps, yaitu claviceps,” ujar Rektor.

Rektor menegaskan, dalam fakta dan fenomena kehidupan, belum ada kejadian manusia meninggal dunia karena infeksi jamur, kecuali pada kondisi tertentu saat manusia memiliki gangguan imunitas tubuh akibat penyakit tertentu, seperti HIV/AIDS. Namun, jenis jamur yang memperparah kondisi orang dengan gangguan imunitas juga berbeda dari jenis jamur cordycep.

“Kalau kekhawatiran adanya infeksi dari cordyceps tentu sangat jauh, karena dalam hubungan secara biologi interkasi jamur dengan alam, dengan hewan, dengan tumbuhan itu tidak bisa tiba-tiba menyebabkan kasus patogenisitas yang sangat dahsyat,” ujar Rektor.

Kepada host Gracia Bern, Prof. Nyoman justru menekankan jamur cordyceps terkenal sebagai jamur obat yang bisa lebih mahal harganya dibandingkan emas. Jenis jamur ini biasa dibudidayakan untuk kebutuhan obat kuat, hingga penyakit lainnya seperti diabetes, kolesterol, hingga obat antikanker.

Seberapa Bahaya

Seberapa bahaya jenis jamur ini, menurut Prof. Nyoman, sebetulnya jika bicara pada kondisi normal, sangat kecil bahayanya. Terlebih manusia memiliki sistem imunitas yang sangat kompleks.

“Jika bicara biologi, bahaya infeksi Cordyceps dari serangga ke manusia itu butuh evulusi yang panjang bisa jutaan tahun. Meskipun ada perubahan yang disebabkan karena isu perubahan iklim, yang juga harus diantisipasi,” ujar Prof. Nyoman.

Tetapi kemampuan jamur berubah menjadi patogen, tidak hanya bisa sebabkan karena perubahan iklim, tetapi banyak faktor lain juga yang mempengaruhi.