Surabaya (ANTARA) - Menteri Kesehatan RI periode 2014-2019 Nila F Moeloek memprediksi sekitar 50 persen penduduk dunia akan menggunakan kacamata karena zaman yang sudah serba digital.
"Saya bukan tidak suka dengan digital, saya suka era digital karena semua serba cepat, namun tetap harus diatasi dengan baik dengan koreksi kacamata," kata Nila saat menjadi pembicara di kegiatan studium generale yang digelar Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Jumat.
Dalam kuliah umum bertema "Eyes Health Lifestyle for Gen Z in Digital Era" itu Nila mengatakan penggunaan alat digital seperti ponsel, komputer dan lainnya membuat mata akan mudah lelah.
"Kita harus menjaga kesehatan mata dengan pemeriksaan mata sehingga bisa mengubah kacamata jika mengalami perubahan," ujarnya.
Nila menyebutkan ada beberapa teknik tersendiri untuk mengatasi mata lelah dengan teknik 20-20-20. Di mana 20 menit yang dihabiskan untuk menatap layar, sehingga harus mengistirahatkan mata dengan melihat benda yang berjarak 20 kaki atau enam meter selama 20 detik.
"Kita harus melihat jauh untuk mata lepas melihat benda yang jauh, jadi kita harus mengistirahatkan mata kita," ungkapnya.
Diungkapkannya, kesehatan mata saat ini tengah dilirik oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), karena kesehatan mata itu sangat penting untuk pencapaian SDGs dan menurunkan angka kemiskinan di dunia.
"Kita akui pendidikan memerlukan penglihatan, pekerjaan memerlukan penglihatan, bahkan lansia pun juga memerlukan penglihatan karena mereka harus tetap bersosialisasi," ungkapnya.
Nila menjelaskan pada data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013 sebanyak 6,9 persen kasus diabetes sedangkan tahun 2018 kasus diabetes mengalami peningkatan menjadi 8,5 persen.
"Indonesia menjadi negara yang tinggi dalam diabetes. Apa sih hubungannya dengan mata? di mana diabetes ini akan merusak retina karena pendarahan di dalam retina. Apa bisa disembuhkan? jawabnya tidak bisa dan menjadi buta permanen sehingga bukan seperti katarak," ungkapnya.
Menurut dia, perlu adanya pencegahan diabetes. Sebab peningkatan angka diabet di Indonesia akan berdampak pada kebutaan.
"Di mana orang buta tidak bisa berdiri sendiri, mereka memerlukan pendamping, sehingga ada dua orang yang tidak bekerja berapa kerugian negara dalam hal ini," katanya.