Labuhan Bajo, NTT (ANTARA) - Badan Otoritas Pariwisata Labuhan Bajo Flores memastikan target kunjungan wisatawan ke Labuhan Bajo belum tercapai karena kendala infrastruktur bandara yang belum berskala internasional.
"Bandara yang menjadi critical success, belum menjadi bandara internasional," ujar Kepala Badan Otoritas Pariwisata Labuhan Bajo Flores Shana Fatina Sukarsono dalam temu media di Labuhan Bajo, NTT, Jumat.
Shana mengatakan upaya untuk mendorong pengembangan Bandara Komodo yang menjadi salah satu pintu masuk wisatawan ke Labuhan Bajo terus dilakukan.
Upaya tersebut diantaranya dengan memperpanjang landasan pacu hingga 2.700 meter dan memperbaiki alat navigasi sesuai dengan kebutuhan rute internasional.
Saat ini, Bandara Komodo hanya mempunyai landasan pacu sepanjang 2.250x45 meter dan baru melayani rute domestik.
Baca juga: Desa di Flores Timur tetapkan perdes kelola wisata bahari
Ia memastikan tahap awal pengembangan bandara yang akan dilakukan pemerintah adalah menunjuk pemenang dari pengelola bandara ini pada akhir November 2019.
"Yang terakhir diumumkan adalah dari Changi dan Cardig Air yang sudah lolos seleksi pertama. Semuanya itu selalu konsorsium asing dan Indonesia," ujar Shana.
Sebelumnya, pemerintah menargetkan jumlah kunjungan wisatawan ke Labuhan Bajo sebanyak 1,5 juta orang pada 2019.
Meski demikian, hingga September 2019, jumlah kunjungan wisatawan baru mencapai 160.237 orang yang terdiri dari 110.380 wisatawan mancanegara dan 49.857 wisatawan dalam negeri.
Komodo Labuhan Bajo menjadi salah satu dari kawasan destinasi pariwisata super prioritas selain Danau Toba, Borobudur dan Mandalika.
Pada awalnya, Badan Otoritas menargetkan kawasan pariwisata ini bisa memberikan kontribusi terhadap PDRB pada 2019 sebesar Rp32 triliun, devisa Rp7 triliun dan kontribusi terhadap kesempatan kerja 10 ribu orang.
Selain itu, indeks daya saing kepariwisataan dapat mencapai peringkat 30 dengan kedatangan wisatawan mancenegara mencapai 500 ribu orang dan wisatawan nusantara satu juta orang.