Ulubelu Tanggamus, Lampung (ANTARA Lampung) - Para petani dan pekebun kopi di sejumlah pekon (desa) di Kecamatan Ulubelu Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung berharap, hasil budidaya kopi yang mereka usahakan tahun ini meningkat dengan harga yang juga naik.
Menurut beberapa petani kopi di sejumlah pekon di Kecamatan Ulubelu, Senin (15/6), saat ini harga kopi berkisar Rp20.000 hingga Rp21.000 per kg untuk kadar air berkisar 18--19 persen, dan masih mengalami fluktuasi dengan kemungkinan bisa naik atau turun harganya.
"Sekarang memang lagi naik harga kopi, tapi biasanya jelang puasa Ramadan dan Lebaran akan turun," kata Ngadino (52), petani kopi di Pekon Ngarip, Ulubelu.
Dia mengaku memiliki lahan kebun kopi seluas sekitar dua hektare, dengan hasil panen tahun ini diperkirakan akan meningkat dari sebelumnya.
"Saya sudah sejak bujangan masuk ke sini sudah terlibat mengurus kebun kopi sampai sekarang," ujarnya lagi.
Harapan serupa disampaikan pekebun kopi yang juga tokoh agama setempat, Ustad Ahmad Syaroni (42) yang menyebutkan saat ini produksi kopi pekebun setempat cenderung meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut dia, rata-rata pekebun kopi di daerah ini memiliki lahan dari 0,5 hektare hingga 1--2 ha, umumnya membudidayakan kopi, dan diselingi beberapa tanaman palawija dan sayuran.
Dia membenarkan, pekebun kopi setempat selalu mendapatkan pembinaan dari perusahaan pengolah kopi (PT Nestle Indonesia) maupun World Wide Fund for Nature (WWF) yang menempatkan personelnya di daerah ini.
"Kalau pembinaan budidaya kopi di sini sudah mencukupi, tinggal bagaimana pengelolaan pascapanen dan pengolahan kopi maupun pemasarannya," kata dia lagi.
Ia membenarkan, saat ini harga kopi cenderung membaik, berkisar Rp20.000 hingga Rp21.000 per kg, dari sebelumnya sempat mengalami penurunan hingga Rp19.000 per kg, dengan kadar air berkisar 18--19 persen.
Sejumlah petani kopi di pekon lain di Ulubelu, seperti Sukamaju, Karangrejo, Datarajan dan beberapa pekon lainnya membenarkan meskipun kecenderungan harga kopi naik namun mereka masih khawatir setiap saat bisa mengalami penurunan, terutama saat Ramadan dan menjelang Lebaran.
"Biasanya karena kebutuhan sehari-hari meningkat, kopi yang ada umumnya dijual, sehingga harganya akan turun," ujar Ngadino lagi.
Kepala Pekon Ngarip Suratno dan Pj. Kepala Pekon Sukamaju Bihukman Hadi membenarkan, umumnya warga di sini membudidayakan kopi, selain beberapa tanaman perkebunan lain yaitu kakao (cokelat) dan palawija serta sayur mayur (hortikultura).
Kendati mayoritas pekebun kopi setiap musim panen dapat menikmati hasil kebun mereka, menurut keduanya, perlu pembinaan dan pendampingan serta dukungan berbagai pihak agar warga dapat membudidayakan lahan kopi dengan baik sehingga hasil panen banyak dan harga tinggi.
"Budidaya kopi ini kalau tidak pintar mengelolanya karena hasilnya setahun sekali, bisa-bisa kondisi keuangan keluarga akan mengalami defisit bila tidak dapat mengelola hasil panen dengan baik untuk keperluan selama setahun," kata Bihukman pula.
Dia berharap pemerintah daerah setempat, kalangan dunia usaha (perusahaan) termasuk PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu yang mengelola panas bumi menjadi listrik dan beroperasi di daerah ini, dapat memberi kontribusi kepada pekon maupun masyarakat setempat, agar dapat mendorong peningkatan perekonomian dan kesejahteraan mereka.