Susahnya Mencari Kotak Pembuka Misteri Sukhoi

id sukhoi

Susahnya Mencari Kotak Pembuka Misteri Sukhoi

Serpihan puing pesawat Sukhoi Superjet 100 yang ditemukan oleh tim relawan 37 di Puncak Salak 1, Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. (FOTO ANTARA/Duyeh)

Bogor (ANTARA LAMPUNG) - Medan yang cukup ekstrem tidak menghentikan sejumlah personel pasukan Kopassus TNI-AD untuk mencapai lokasi ekor pesawat yang menggantung di tebing sedalam 500 meter dari Puncak 1 Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
         
Bahkan untuk mencapai titik sasaran itu, mereka pun terpaksa harus "tidur kalong" dengan mengikatkan tubuh menggunakan tali pengikat di pohon yang menjulur ke bawah tebing.
          
Tidak ada rasa ngeri dan rasa takut lagi dalam upaya mencapai ekor pesawat yang berharap mendapatkan kotak hitam atau "black box" pembuka tabir misteri dari musibah jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 yang berpenumpang 45 orang itu.
         
Satu malam ke-14 prajurit pasukan khusus TNI AD itu menggantung dan mereka pun harus mengirit makanan dan minuman mengingat perjalanan operasi evakuasi itu masih berjalan panjang.
         
Walhasil, mereka berhasil ekor pesawat namun yang ditemui kondisinya sudah hancur dan berbeda dengan perkiraan.
        
Mereka pun mendapatkan sekumpulan benda yang semula diduga sebagai bagian black box, namun setelah dibawa ke Lapangan Pasir Pogor, Cipelang, keberadaan benda itu bukanlah kotak hitam yang dicari melainkan alat komunikasi.
         
Setidaknya kita bisa mengetahui bagaimana beratnya untuk mendapatkan kotak hitam disamping melakukan evakuasi korban pesawat nahas itu.
         
"Kita menggunakan 'sling' (tali tubuh) untuk mengikat tubuh ke pohon yang ada tebing itu," kata prajurit Kopassus, Lettu Taufik yang didampingi Kepala Penerangan Kopassus, Letkol Taufiq Shobri di Lapangan Pasir Pogor, Cijeruk, Cipelang, Bogor, Jawa Barat, Senin.
          
Bahkan prajurit korps pasukan khusus itu juga makan dan minum sambil menggantung di atas pohon itu. "Kita harus menghemat makanan dan minuman juga," katanya.
         
Sebelum mencapai lokasi "tidur kalong" itu, mereka harus melakukan teknik "rappeling", yaknia menuruni tebing dengan menggunakan tali.
         
Akhirnya, mereka mencapai lokasi ekor pesawat yang dalamnya sekitar 500 meter dari Puncak 1 gunung tersebut. "Sampai ke dasar jurang itu, kira-kira dalamnya sekitar seribu meter lagi," katanya.
         
Untuk mencapai ekor pesawat itu, tali untuk "rappeling" harus beberapa kali disambung. "Untuk menyambung tali itu, memang memerlukan ketrampilan khusus," kata Taufiq Shobri.
         
Taufiq menyebutkan ekor pesawat sendiri dalam keadaan berantakan dan lokasinya ada di celah tebing. "Ekor pesawat dalam keadaan berantakan," katanya.
         
Ia juga menceritakan untuk mencapai lokasi ekor pesawat itu dari puncak 1 Gunung Salak harus berjalan satu jam hingga ditemukan tempat untuk melakukan "rappeling".
         
Kontur Gunung Salak kalau dilihat dari jauh seperti biasa saja, tapi kalau sudah ada di lokasi maka akan kelihatan medan sesungguhnya, katanya.

    
                       Alat komunikasi
     
Kepala Basarnas Marsekal Madya Daryatmo,  menyatakan tim SAR gabungan sudah sampai di lokasi ekor pesawat, di mana hasilnya ditemukan alat-alat untuk komunikasi sedangkan kotak hitam belum ditemukan.
        
Kondisi ekor pesawat yang semula diduga masih utuh, tapi hancur hingga butuh ketelitian dalam mencari kotak hitam, katanya.
        
"Kita akan serahkan kepada KNKT untuk mendalaminya," katanya.
        
Untuk mencapai lokasi ekor pesawat sendiri, kata dia, terbilang sulit karena lokasinya yang berada di jurang dengan kedalaman antara 500 sampai 600 meter.
        
"Betapa sulitnya untuk membawa barang-barang itu," katanya.
        
Sementara itu, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi menyatakan, alat tersebut merupakan perangkat alat komunikasi atau perangkat terminal komunikasi.
         
Di antara alat komunikasi itu, seperti Emergency Locator Transmitter (ELT) atau alat pelempar sinyal dan alat frekuensi.
     
Alat frekuensi ini terlepas kemungkinan akibat benturan keras pesawat itu saat menabrak, hingga kenapa tidak bisa berbunyi. Serta kemungkinan terhalang bukit juga, hingga tidak berfungsi.
         
Sementara itu, ketika ditanyakan kepada pimpinan Tim SAR mengenai alat komunikasi tersebut, ia menyatakan tidak tahu untuk apa. "Karena di dalam rombongannya tidak ada orang sukhoi," katanya.
      
Merujuk pada Wikipedia, pengertian kotak hitam merupakan sekumpulan perangkat yang digunakan dalam bidang transportasi - umumnya merujuk kepada perekam data penerbangan (flight data recorder/FDR) dan perekam suara kokpit (cockpit voice recorder; CVR) dalam pesawat terbang.
          
Fungsi dari kotak hitam sendiri adalah untuk merekam pembicaraan antara pilot dan pemandu lalu lintas udara atau air traffic control (ATC) serta untuk mengetahui tekanan udara dan kondisi cuaca selama penerbangan.
     
Walaupun dinamakan kotak hitam tetapi sesungguhnya kotak tersebut tidak berwarna hitam melainkan berwarna jingga (oranye).
     
Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pencarian jika pesawat itu mengalami kecelakaan.
         
Penempatan kotak hitam ini dilakukan sedemikian rupa sehingga mudah ditemukan.
          
Umumnya terdapat dua unit kotak hitam yang diletakkan pada bagian depan pesawat dan bagian ekor pesawat, yang diyakini merupakan bagian yang utuh ditemukan.