PLA mengklaim berhasil memecahkan rekor durasi penerbangan oleh satu pesawat tempur dalam misi tersebut.
Brigade berjuluk "Elang Petir" yang misi utamanya terkait dengan LCS membutuhkan waktu 10 jam dari pangkalan ke pulau-pulau terpencil dan terumbu karang.
Misi menguji daya tahan lama ini sangat perlu karena sebelumnya durarsi terbang tunggal Angkatan Udara PLA hanya 8,5 jam, demikian mgtv.com, Rabu.
Pesawat tempur buatan Rusia
Laman berita milik Hunan Television itu melaporkan bahwa jet tempur buatan Rusia itu mengisi bahan bakar di tengah penerbangan dengan bantuan pesawat tanker dan dua pilotnya mendapat suplai ransum agar energi tetap terjaga.
"Daya tahan tubuh terbatas empat hingga lima jam sehingga untuk menghilangkan stres dan kelelahan selama penerbangan, pilot mengobrol, mengonsumsi ransum berupa air mineral dan cokelat," kata Lu Geng, pilot pesawat tersebut.
Wang Ying, pilot lainnya, menimpali bahwa misi tersebut sebenarnya tidak sekadar pemecahan rekor, melainkan tentang pertempuran nyata.
Terbang 10 jam penuh tantangan
Fu Qianshao, pakar penerbangan militer China, menilai misi patroli selama 10 jam itu menjadi tantangan tersendiri karena kapasitas bahan bakar pesawat tempur tidak bisa mendukung penerbangan dalam jangka waktu lama sehingga pengisian bahan bakar di udara sangat diperlukan.
Penerbangan panjang juga membuat pilot stres berat, padahal mereka perlu konsentrasi tinggi selama menjalankan misi tersebut, demikian Fu dikutip Global Times.
Misi pertontonkan kemampuan AU China
Menurut dia, misi tersebut menunjukkan kemampuan terbang lama Angkatan Udara PLA dan lingkup operasinya sangat luas. Pesawat pengebom jenis H-6 sebelumnya juga menjalankan misi yang sama namun, jelas dia, pesawat tersebut bukanlah jet tempur.
Jet tempur mampu mengawal pesawat pengebom atau menjalankan misi pengintaian udara. Ini sangat penting bagi kepentingan nasional China dalam pengamanan wilayah udara, tambah Fu.
PLA telah mengerahkan beberapa jet tempur secara langsung ke wilayah kepulauan di LCS beberapa waktu lalu.
Pada Juli, Forbes melaporkan bahwa PLA mengerahkan sedikitnya empat pesawat tempur J-11B ke Pulau Yongxing dan Kepulauan Xisha. Sebelumnya juga ada laporan yang mengarah pada penampakan jet tempur J-10 dan pesawat pengeboman JH-7 di kepulauan.