Gufron: Selalu Ada Waktu Untuk Anak

id gufron, aziz, tokoh, pks, lampung

Bandarlampung (ANTARA LAMPUNG) - Pejabat publik, kerap kita dengan sebagai sebuah profesi yang mengurusi banyak masalah di keluarga. Biasanya, ketika seseorang sudah banyak menyibukkan waktu di luaran, maka akan sulit baginya untuk membagi waktu untuk keluarga.

Khususnya, kepada anak, peran lelaki sebagai kepala rumah tangga, relatif tidak pernah tersentuh kedekatannya kepada sang buah hati.

Gufron Azis Fuadi, seorang politikus asal Partai Keadilan Sejahtera (PKS), karirnya terus menanjak di dunia politik. Selain memimpin jalannya roda partai dia juga seorang suami sekaligus ayah bagi ke enam anak-anaknya.

Baginya, peran ayah sangat mempengaruhi tumbuh kembang pribadi anak yang berkarakter. Maka dari itu, sesibuk apapun di dunia politik, baginya untuk anak-anak tidak ada kata sibuk.

"Ada dua peran kehadiran ayah dalam keluarga, secara fisik dan psikis untuk bisa membentuk pribadi anak-anak kita, peran ini harus berjalan seimbang," kata Gufron.

Baginya, tidak cukup bagi ayah punya peran hanya memberi nafkah saja, tapi dibutuhkan juga kehadiran ayah yang selalu melekat di hati anak-anaknya. Oleh karenanya, dia membiasakan ada satu pecan khusus pertemuan keluarga yang sudah disepakati setiap hari Senin. Di sana, mereka bebas berbagi cerita.

"Saya tidak pernah memaksa dalam menentukan cita-cita anak-anak saya, mau jadi apapun mereka, saya selalu member kebebasan, kami sebagai orangtua hanya mengarahkan saja agar cita-cita yang mereka dambakan, kelak menghantarkan mereka menjadi pribadi yang berkarakter," tutur bapak enam anak itu.

Untuk membentuk kepribadian anak, Gufron membiasakan empat hal yang menurutnya adalah prinsip hidup. Dalam urusan ibadah, khusus bagi anak laki-laki sebisa mungkin untuk mengerjakannya di masjid, untuk urusan sosial dia mengajarkan anaknya untuk banyak kawan dan dalam urusan risiko dia mendidik untuk bersikap berani.

"Empat hal itu yang saya tanamkan pada semua anak-anak saya baik laki-laki maupun perempuan," ujar lelaki yang kini menjabat sebagai Ketua Umum DPW PKS Lampung.

Menurutnya, mendidik anak berkarkater itu tidak mudah, karena masing-masing anak memiliki karakter bawaan yang berbeda. Gufron sangat detil menggambarkan karakter ke-enam anak-anaknya.

"Seperti anak pertama saya Mus’af Robbani, dia sangat melankolis, cenderung pendiam. Dia itu sangat jarang marah, meskipun ada atau sedang menghadapi masalah Mus’af cenderung tenang," imbuhnya.

Berbeda Mus’af beda pula Sumayah, dia senang bergaul dan suka berbisnis. Sejak Sekolah Dasar (SD), jiwa pedangangnya itu sudah terasah.  "Waktu kecil dia sudah berdagang pencil," kisah Gufron.

Lain halnya dengan Umar, putra ketiganya. Dia sangat vokal dan berani. Menurut Gufron, Umar kerap mendebat guru-gurunya dan suka berkelahi. Berkelahinya, itu karena dia berani mempertahankan apa yang menurutnya benar. "Dia pernah memarahi kondektur DAMRI hingga akhirnya tidak bersedia bayar penuh karena dia merasa dibohongi," tambah dia.

Berikutnya Jaffar, putra ke-empat dari pasangan Gufron dan Eti, cenderung pintar namun dia kurang memiliki keberanian. "Setiap menjelang tidur saya sering mengelus-elus tangan kirinya, sambil membisikkan ditelinganya jadilah anak pemberani," terangnya.

Terakhir Aisyah Sabrina, meskipun usianya masih balita, namun dia sudah memiliki karakter yang menonjol. Dia sangat banyak kosa kata dan mudah baginya untuk mentransfer ulang atas apa yang dia dengar dan lihat.
"Kalau saya ngobrol sama dia, tingkat pembicaraannya seperti orang dewasa, mengalir dan tidak terbata-bata, saya pikir anak ini cocok kalau dijadikan wartawan," pungkas dia.

Dalam suatu keluarga, sebaiknya kepala keluarga harus membiasakan anak-anaknya untuk bertanggung jawab atas pekerjaannya masing-masing dan membiasakan pola hidup sederhana serta rajin berinfak.(Ant)