Bandarlampung (ANTARA) - Suparmin, Ketua Kelompok Tani Tunas Baru di Desa Sidoharjo Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan, merupakan sosok Pahlawan masa kini yang perjuangannya memperoleh dukungan penuh PLN dalam upaya menjaga ketahanan pangan.
Bersama program Electrifying Agriculture PLN Peduli, Suparmin dan kelompok taninya mampu meningkatkan kesejahteraan petani setempat dan sukses menggandakan hasil panen padi mereka.
Sebelum PLN hadir dengan bantuan sumur bor, Suparmin dan para petani hanya dapat memanen padi satu kali setahun, dengan biaya operasional tinggi akibat penggunaan genset untuk menyuplai air ke sawah mereka.
Berkat bantuan sumur bor dari PLN Peduli yang diberikan sekitar tiga tahun lalu, kini mereka dapat memanen padi dua kali dalam setahun.
"Alhamdulillah, sebelum ada sumur bor dari PLN Peduli, kami hanya bisa panen satu kali setahun. Namun setelah mendapat bantuan sumur bor, kami dapat panen dua kali setahun," ungkap Suparmin, dalam keterangannya di Bandarlampung, Selasa.
Suparmin menambahkan, sebelum adanya pompa listrik dari PLN Peduli, para petani di Desa Sidoharjo mengandalkan genset untuk memompa air ke sawah, dengan biaya operasional yang cukup besar. Untuk memenuhi kebutuhan air di satu hektar sawah.
Ia dan para petani lainnya harus menghidupkan genset selama sekitar 10 jam dengan biaya bahan bakar mencapai Rp80.000 per jam. Setiap kali menyuplai air, mereka membutuhkan biaya sekitar Rp800.000 per hektar.
"Setidaknya pengisian air dilakukan sebanyak tiga kali dari masa tanam hingga panen. Sehingga total biaya operasional tersebut mencapai Rp2.400.000 per hektar dalam satu musim tanam," ujar Suparmin.
Namun, lanjutnya, setelah menggunakan pompa listrik dari PLN, biaya tersebut turun drastis menjadi sekitar Rp250.000 per hektar. Bagi petani seperti Suparmin yang memiliki rata-rata tiga hektar sawah, ini berarti penghematan yang signifikan, sekaligus peningkatan keuntungan bagi mereka.
"Pompa listrik dari PLN Peduli sangat membantu kami dalam menurunkan biaya operasional. Sebelumnya, saat menggunakan genset, kami harus mengeluarkan biaya besar untuk bahan bakar. Sekarang, dengan biaya listrik jauh lebih hemat. Kami sangat berterima kasih atas uluran tangan PLN ke kami," tambah Suparmin.
Keberhasilan ini juga berdampak pada produksi padi di Desa Sidoharjo. Saat panen raya, Suparmin dan kelompok taninya mampu menghasilkan rata-rata 8 hingga 9 ton padi per hektar. Ini adalah pencapaian yang membanggakan dan menjadi bukti bahwa dengan bantuan yang tepat seperti halnya yang dilakukan PLN, ketahanan pangan dan kesejahteraan petani dapat terwujud.
Sementara, General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Lampung Muhammad Joharifin mengatakan, program Electrifying Agriculture seperti yang diinisiasi PLN Peduli sebagai komitmen PLN mendukung masyarakat desa dalam meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan pangan, khususnya di wilayah-wilayah yang membutuhkan.
Menurut Joharifin, dukungan PLN tersebut tak hanya membantu petani dalam mengatasi tantangan operasional, tetapi juga membuka jalan bagi petani di Desa Sidoharjo untuk mencapai potensi maksimal mereka dalam sektor pertanian.
"Dengan langkah ini, PLN tak hanya menerangi desa-desa di pelosok, tetapi juga menjadi mitra masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan dan ketahanan pangan yang berkelanjutan di Indonesia," pungkasnya.
Berita Terkait
Bulog targetkan tak impor beras pada tahun 2025
Minggu, 15 Desember 2024 5:17 Wib
Termasuk Lampung, Kementan-TNI AD kawal swasembada pangan di 12 provinsi
Sabtu, 14 Desember 2024 22:19 Wib
Pertamina jamin distribusi energi di Lampung aman jelang Natal dan Tahun Baru
Sabtu, 14 Desember 2024 18:05 Wib
Dompet Dhuafa raih penghargaan Exellent pada Indonesia Customer Experience & Digital Customer Engagement 2024
Sabtu, 14 Desember 2024 17:14 Wib
Bank Indonesia dan Dompet Dhuafa Waspada luncurkan program menjahit untuk warga Mebidang
Sabtu, 14 Desember 2024 17:07 Wib
Kemewahan yang menyatu di All New Hyundai Santa Fe
Sabtu, 14 Desember 2024 12:26 Wib