"Saat ini terapi makanan anti-stunting sekaligus untuk mencegah obesitas. Yaitu dengan memberi anak makanan bermuatan lokal tapi kaya protein hewani. Contohnya di Lampung ini banyak ikan, jadi anak bisa diberi makanan yang ada komposisi ikannya," ujar dr Piprim pada Simposium Nasional IDAI di Bandarlampung, Jumat.
Ia mengatakan dengan memberi anak makanan berbahan baku dari daerah masing-masing yang kaya akan protein hewani, maka akan membantu anak terhindar dari stunting dan juga obesitas, karena gizi anak terpenuhi dengan seimbang.
"Kita harus mengembalikan konsumsi anak ke 'real food' ataupun makanan utuh dengan kandungan protein hewani tinggi sekaligus kaya serat. Dan lebih baik hindarkan anak dari konsumsi makanan ultra proses, serta makanan cepat saji yang bisa mengganggu tumbuh kembang bahkan kesehatan anak," katanya.
Dia menjelaskan, banyak ditemukan di tengah masyarakat kesalahan pemahaman bahwa pemberian makanan tambahan (PMT) lokal untuk anak hanya berbasis karbohidrat seperti memberikan bubur kacang hijau, lambang sari dan makanan lain yang tinggi gula.
"Sebenarnya kata kuncinya ketika ingin memberikan makanan tambahan ke anak harus kaya akan protein hewani. Dan orang tua harus lebih selektif serta mengatur ketika memberikan makanan lokal karena banyak yang mengandung tinggi gula, tinggi garam yang berbahaya bagi anak," ucap dia.
Menurut dia, dengan memberikan makanan tambahan kaya akan protein hewani juga akan mengatur pola makan anak secara alami, sehingga tidak terlampau berlebihan mengonsumsi kudapan.
"Ketika anak diberikan makanan kaya protein hewani, seperti kalau di Lampung ini banyak makanan dari ikan, seperti pindang patin atau baung, maka mereka akan lebih kenyang, sehingga tidak ingin makan kudapan. Jadi anak tetap sehat, tidak obesitas dan tidak stunting secara bersamaan, keduanya bisa di cegah," tambahnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: IDAI sebut konsumsi makanan lokal kaya protein hewani cegah stunting