Hamilton menamai timnya X44, mengacu ke nomor yang ia gunakan untuk membalap di F1, namun tidak akan turun langsung sebagai pebalap di ajang tersebut.
Pebalap asal Britania itu akan menghadapi sejumlah wajah yang tak asing, seperti mantan rekan satu timnya di Mercedes, Nico Rosberg, yang juga memiliki tim sendiri, dan bos McLaren yang terlibat di tim lain.
"Saya selalu ingin memiliki tim saya sendiri, saya tidak pernah tahu kapan itu akan terjadi," kata Hamilton seperti dikutip Reuters, Selasa.
"Ketika saya mendengar soal ini saya langsung terjun ke sana, karena apa arti seri ini, apa yang akan dilakukan seri ini. Ini akan cukup kuat, saya rasa."
Extreme E bakal digelar tanpa penonton namun disiarkan langsung lewat televisi dan media sosial. Kejuaraan yang digelar untuk menyampaikan pesan soal perubahan iklim itu akan menempuh rute-rute terpencil dan bentang alam yang keras termasuk hutan hujan Brazil, Greenland, Senegal, gurun Arab Saudi, bentang gletser Tierra del Fuego Argentina, dan pegunungan Nepal.
Setiap tim berkompetisi menggunakan mobil SUV elektrik yang identik yang masing-masing dikendarai oleh pebalap putra dan putri.
"Ini akan memberi saya kesempatan untuk menggabungkan kecintaan saya terhadap dunia balap bersama kecintaan saya terhadap planet ini," kata Hamilton.
"Ini akan membuat orang terus bicara soal isu iklim dan menginspirasi kita untuk bertindak... memiliki seri kejuaraan yang akan membahas cara balap tradisional, dan dampak negatif yang ditimbulkan olahraga motor terhadap planet ini, dan menawarkan alternatif."
Penggagas kejuaraan itu, Alejandro Agag, mengatakan mendapati Hamilton dan juara dunia 2016 Rosberg sebagai rival mendorong profil Extreme E itu sendiri dan ia berharap keduanya menghadiri balapan tersebut.
"Ini menempatkan kompetisi pada level yang berbeda," kata Agag, yang juga pengagas seri Formula E itu.
"Memiliki Lewis dan Nico membuat tugas kami menjadi jauh lebih mudah dalam meningkatkan kesadaran terhadap masalah perubahan iklim dan polusi."