Korut dan AS mungkin lanjutkan perundingan pertengahan November

id perundingan ,Korea Utara-Amerika Serikat,Kim Jong Un,Donald Trump

Korut dan AS mungkin lanjutkan perundingan pertengahan November

Presiden Amerika Serikat Donald Trump, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in berangkat setelah pertemuan di zona demiliterisasi yang memisahkan dua Korea, di Panmunjom, Korea Selatan, Minggu (30/6/2019). (REUTERS/KEVIN LAMARQUE)

Seoul (ANTARA) - Korea Utara dan Amerika Serikat kemungkinan akan menjalani putaran baru perundingan tingkat pejabat pada pertengahan November untuk mempercepat kemajuan sebelum tenggat satu tahun yang ditetapkan Korut berakhir, kata anggota parlemen Korea Selatan, Senin.

Para pejabat Korut dan AS bertemu bulan lalu di Stockholm untuk pertama kalinya sejak Pemimpin Korut Kim Jong UN dan Presiden AS Donald Trump pada Juni setuju untuk membuka kembali pembicaraan soal pelucutan senjata nuklir.

Perundingan denuklirisasi itu menemui jalan buntu setelah pertemuan puncak antara Kim dan Trump di Vietnam pada Februari mengalami kegagalan.

Pejabat kedua negara diperkirakan bertemu lagi sebelum awal Desember untuk mengupayakan agar perundingan berjalan sebelum batas waktu satu tahun, yang ditentukan Kim, habis, kata anggota parlemen Korea Selatan Lee Eun-jae setelah ia menghadiri pemaparan oleh Dinas Intelijen Nasional (NIS).

Kedutaan Besar AS di Seoul belum menanggapi permintaan untuk berkomentar.

"Sudah waktunya bagi mereka untuk melakukan perundingan dengan sungguh-sungguh setelah mereka menjajal sikap satu sama lain di Stockholm, dan ada tenggat yang diberikan oleh Ketua Kim," kata Lee kepada para wartawan.

Kim menginginkan bisa bertemu lagi dengan Trump pada Desember, dan ia kemungkinan akan berkunjung ke China sebelum itu, katanya.

Kim pertama kali menentukan batas waktu pada April, ketika perundingan mengalami kemacetan setelah pertemuan di Vietnam gagal.

Ketika menyampaikan pidato, Kim mengatakan ia akan menunggu sampai akhir tahun bagi Amerika Serikat untuk bersikap lebih fleksibel. Ia juga mengisyaratkan bahwa kebuntuan itu telah membuatnya berpikir ulang soal penangguhan uji coba senjata nuklir dan peluru kendali balistik jarak jauh.

Sumber: Reuters