Yogyakarta targetkan tambah sekitar 20 sekolah inklusi hingga 2022

id sekolah inklusi,anak berkebutuhan khusus,pendidikan yogyakarta

Yogyakarta targetkan tambah sekitar 20 sekolah inklusi hingga 2022

Arsip Foto. Petugas membantu membacakan soal ujian kepada pelajar penyandang low vision saat Ujian Nasional (UN) tingkat SMA Sederajat di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Bantul, DI Yogyakarta, Senin (9/4/2018). (ANTARA /Andreas Fitri Atmoko)

Tentunya, jumlah sekolah inklusi di Yogyakarta akan terus bertambah, baik dari jenjang Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hingga 2022 ditargetkan ada 85 sekolah.

Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta ingin menambah hingga sekitar 20 sekolah inklusi hingga 2022 dalam upaya memperluas akses pendidikan bagi anak usia sekolah, termasuk anak berkebutuhan khusus.

"Tentunya, jumlah sekolah inklusi di Yogyakarta akan terus bertambah, baik dari jenjang Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hingga 2022 ditargetkan ada 85 sekolah," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Budhi Asrori di Yogyakarta, Selasa.

Menurut data Dinas Pendidikan, Kota Yogyakarta saat ini memiliki 67 sekolah inklusi negeri dan swasta yang terdiri atas tujuh TK, 43 Sekolah Dasar (SD), dan 17 SMP.

Menurut Budhi, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam menjadikan sekolah sebagai sekolah inklusi, mulai dari kualifikasi guru yang nantinya bertindak sebagai guru pendamping bagi siswa berkebutuhan khusus sampai kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah.

Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, dia menjelaskan, menyelenggarakan pelatihan bagi guru untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam mendidik anak berkebutuhan khusus.

"Nantinya, diharapkan semua guru di Kota Yogyakarta memiliki kompetensi dalam mendidik anak berkebutuhan khusus," katanya.

Terkait kebutuhan guru pendamping, Budhi mengatakan, tidak setiap anak berkebutuhan khusus harus memiliki satu guru pendamping saat mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Penyediaan guru pendamping disesuaikan dengan kondisi siswa.

"Ada siswa berkebutuhan khusus yang dinilai mampu mandiri sehingga pendampingan hanya diberikan pada saat-saat tertentu saja. Tetapi, memang ada juga kondisi yang mengharuskan guru memberikan pendampingan secara penuh. Biasanya dilakukan kepada siswa dengan emosi yang kurang stabil," katanya.

Pada penerimaan peserta didik baru untuk jenjang SMP tahun ini, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta juga memberikan kuota dua persen atau 70 kursi untuk anak berkebutuhan khusus di seluruh SMP negeri di Kota Yogyakarta.

"Jumlah tersebut sesuai dengan anak berkebutuhan khusus yang akan lulus SD. Namun, jumlah pendaftarnya kurang dari kuota," katanya.

Sedangkan untuk jenjang SD, siswa berkebutuhan khusus yang mendaftar sekolah akan diarahkan masuk ke sekolah inklusi yang dekat dengan tempat tinggal mereka.

"Seluruh siswa berkebutuhan khusus pun akan memperoleh assesment (penilaian) dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta melalui UPT Layanan Disabilitas. Ada yang kemudian diarahkan masuk ke sekolah formal atau inklusi tetapi ada juga yang diarahkan masuk ke SLB," katanya.

Budhi menambahkan, bangunan sekolah di Kota Yogyakarta juga diupayakan ramah terhadap anak berkebutuhan khusus. "Renovasi bangunan yang dilakukan di beberapa sekolah juga sudah diarahkan agar bangunan ramah disabilitas," katanya.