Bandarlampung (ANTARA LAMPUNG) - Penyebab terjadi penyerangan kepada warga Kampung Kesumadadi, Kecamatan Bekri, Kabupaten Lampung Tengah oleh warga Kampung Buyut Udik, Kecamatan Gunungsugih, Kamis, masih simpang siur.
"Penyerangan diduga terjadi akibat adanya seorang warga Buyut Udik yang dituduh mencuri sapi, kemudian dibakar massa di Kampung Kesumadadi, Bekri," kata Kabid Humas Polda Lampung AKBP Sulistyaningsih, di Bandarlampung, Kamis.
Warga Kampung Buyut Udik yang merasa kehilangan satu warganya, langsung mengambil tindakan sendiri, karena mereka tidak terima dengan tindakan massa itu, dengan melakukan penyerangan ke Kampung Kesumadadi, ujar Sulistyaningsih pula.
Puluhan sepeda motor berbondong-bondong mendatangi Kampung Kesumadadi dengan tujuan melakukan perusakan dan membakar rumah warga di sini.
Puluhan rumah yang telah ditinggalkan penghuninya sejak dua hari lalu, menjadi sasaran dibakar oleh mereka yang datang ke Kampung Kesumadadi itu.
"Perusakan dan pembakaran rumah terjadi sejak pukul 13.00 WIB, dan setelah kejadian itu warga meninggalkan kampung tersebut," kata dia lagi.
Guna mengantisipasi kerusuhan lebih lanjut, kepolisian setempat menyiagakan anggotanya di lokasi kejadian.
Menurut warga setempat, Bambang Sukatmoko, pemerintah kabupaten setempat sebelumnya telah mengupayakan perdamaian di antara warga berlainan desa itu, dengan cara melakukan autopsi jenazah warga yang menjadi korban amukan massa sebelumnya.
Namun sebelum langkah itu dilakukan, warga Buyut Udik telah melakukan penyerangan hingga mengakibatkan sedikitnya 10 rumah hangus terbakar.
Menurut Sosiolog Universitas Lampung, Dr Hartoyo, konflik horizontal yang kerap terjadi di Lampung saat ini, terutama karena belum adanya upaya konkret dari pemerintah dalam menyelesaikan persoalan di tingkat akar rumput (grassroot).
"Gesekan-gesekan antarkelompok sudah lama terjadi di berbagai wilayah, dan kejadian yang mengemuka saat ini adalah akumulasi dari konflik kecil-kecil sebelumnya," kata Hartoyo.
Pemerintah menurut dia, perlu meredesain harmonisasi sosial, agar konflik-konflik kecil dapat diantisipasi sejak dini sehingga tidak meluas seperti sekarang terjadi.
"Pemerintah juga perlu membuat pemetaan daerah yang berpotensi konflik, dan berupaya secara tepat mengantisipasi agar konflik tersebut tak membesar," ujar dia.ANT