Maria Yuliana, pengajar yang terus berjuang bagi pendidikan di tengah bencana

id Flores Timur,Maria Yuliana Prasedisia Futa ,erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki

Maria Yuliana, pengajar yang terus berjuang bagi pendidikan di tengah bencana

Maria Yuliana pengajar yang terus berjuang untuk Pendidikan di tengah bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki. FOTO ANTARA/-HO-DOMPET DHUAFA.

Yang dibutuhkan adalah media alat belajar, seperti pensil, pulpen, spidol atau papan tulis yang bisa dimengerti peserta didik, ungkapnya
Flores Timur (ANTARA) - "Kami takut, anak-anak tidak bisa belajar seperti normal. Kami takut anak-anak melupakan materi-materi pembelajaran yang sudah diajarkan, apalagi sekarang sudah memasuki semester II yang menjadi penentu untuk kenaikan kelas,” ujar Maria Yuliana Prasedisia Futa salah seorang penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, di Kabupaten Flores Timur, Jumat (19/01/2024).

Maria Yuliana asal Kampung Bawalatang, Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, saat ini sedang mengungsi di SMPN 1 Wulanggitang.

Maria merupakan seorang pengajar, pendidik, dan orang tua bagi puluhan anak. Meski di situasi yang masih dalam tahap darurat, Maria bersama kawan lainnya tetap mengajar para peserta didik. 

“Terkait dengan belajar mengajar, kami terpaksa harus mengajar di tempat pengungsian, di tenda darurat yang di mana kami harus kumpulkan sekian banyak murid dari SDN Kemiri, SDN Bawalatang, SDN Klatanlo dan lain-lain. Kami kumpulkan dalam satu tempat, lalu kami belajar mengajar seperti biasa, nah di akhir pembelajaran kami harus membuat laporan dan mengirimnya kepada kepala dinas,” tuturnya.

Bermodal tenda darurat, dia tetap mengajar dengan media  belajar seadanya.

“Jadi kami harus tetap belajar mengajar dengan adanya tenda darurat ini, kami tetap berusaha untuk melaksanakan ulangan atau ujian, supaya ada nilai untuk semester dua. Supaya anak-anak bisa tahu apakah anak kelas bisa naik atau tidak. Yang dibutuhkan adalah media alat belajar, seperti pensil, pulpen, spidol atau papan tulis yang bisa dimengerti peserta didik," ungkapnya.

Menurut Maria saat ini di pengungsian masih banyak anak-anak dan lansia yang sakit. Selain itu kebutuhan mendesak saat ini masih berupa alas atau tikar untuk tidur.

Makan-minum, pakaian, alas tidur sudah terpenuhi namun sebagian ada yang belum dapat. Selain itu ada pos kesehatan.

“Tetapi kondisi di pengungsian, kita tahu banyak saat ini anak-anak yang sakit, lansia yang sakit. Kondisi sekarang masih sangat memprihatinkan , banyak anak-anak yang masih tidur beralaskan tikar, lansia juga tidur beralaskan tikar,” ungkapnya.

Sebagai salah satu penerima manfaat Dapur Umum dan Pos Hangat Dompet Dhuafa, Maria sangat berterima kasih kepada pihak yang bersedia meluangkan waktu dan tenaganya jauh-jauh ke NTT untuk membantu saudaranya yang terkena musibah.

Dia berharap  semoga situasi ini cepat berlalu dan kehidupan normal kembali.

Dia mengucapkan terima kasih kepada para pendonor.

“Terima kasih untuk semua pendonor, kami berdoa semoga ke depannya mendapat rezeki yang baik, dan kita selalu tetap berdoa dan bersyukur," katanya.

TENTANG DOMPET DHUAFA

Dompet Dhuafa adalah lembaga filantropi islam yang berkhidmat dalam pemberdayaan kaum dhuafa dengan pendekatan budaya, welasasih (filantropis) dan wirausaha sosial. Menapaki perjalanan lebih dari tiga dekade (30 tahun), Dompet Dhuafa berkontribusi menghadirkan layanan bagi pemberdayaan dan pengembangan umat melalui lima pilar program yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi,  sosial kebencanaan, dakwah dan budaya, serta CSR. (Kerjasama)