Bandarlampung (ANTARA) - Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung menjelaskan hasil pengamatan visual atau nekropsi jaringan secara inspeksi terhadap kematian anak gajah jinak bernama Rubado pada Minggu (1/12).
"Dari hasil nekropsi jaringan secara inspeksi/pengamatan visual (makroskopis) dan palpasi (perabaan) ditemukan, pendarahan pada bagian anus, konjungtiva kemerahan," kata Juru Bicara TNWK Sukatmoko saat dihubungi dari Bandarlampung, Kamis.
Ia menjelaskan pada anak gajah yang mati tersebut juga ditemukan krepitasi paru-paru positif namun berwarna kehitaman, sedangkan uji apung positif.
Cairan pada abdomen (jumlah sedikit) berwarna kemerahan.
"Lobus hepar dengan tepi yang tumpul. terdapat krepitasi pada bagian ventralnya. Usia kematian diperkirakan adalah 3-5 jam," kata dia.
Ia menjelaskan kematian anak gajah ini diduga akibat shock hipovolemic saat kecacingan (Paramphistomum dan Hoook worm).
"Kami juga menemukan adanya respons radang dengan munculnya kemerahan pada saluran pencernaan, ptechie pada konjungtiva, dan juga usia gajah yang masih muda maka perlu dilakukan juga pemeriksaan terhadap kemungkinan kejadian EEHV. EEHV dapat menyebabkan kondisi hilangnya banyak cairan akibat terjadinya pendarahan," kata dia.
Pihaknya melakukan diagnosa banding dengan penyakit serupa hepatitis, hel lminthiasis, dan EEHV.
"Untuk diagnosa final terkait kematian Rubado kami menunggu hasil laboratorium selesai. Sementara itu gading gajah dikirim ke Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik (KKH-SG)," kata dia.
Anak gajah jinak yang diberi nama Rubado ditemukan mati pada Minggu (1/12) di ERU Braja Harjosari.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: TNWK jelaskan hasil pengamatan visual terkait kematian Rubado