BSIP Lampung sosialisasi pengairan hemat air ke petani

id BSIP Lampung, pertanian Lampung, pengairan hemat air, petani Lampung

BSIP Lampung sosialisasi pengairan hemat air ke petani

Kepala Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Lampung Rachman Jaya saat memberi keterangan terkait mitigasi kekeringan lahan pertanian di Lampung. ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi.

Semua apa yang bisa diupayakan untuk tetap mengairi lahan pertanian dilakukan tapi tetap dengan penggunaan yang terukur, ucapnya
Bandarlampung (ANTARA) - Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BSIP) Lampung terus melaksanakan kegiatan sosialisasi sistem pengairan hemat air kepada petani yang ada di daerahnya guna menjaga produktivitas pertanian di tengah musim kemarau yang masih berlangsung.
 
“Saat ini kita tengah menghadapi fenomena iklim El Nino yang cukup ekstrem, sebab menurut BMKG fenomena iklim ini akan terus berlangsung sampai November. Meski bagian utara khatulistiwa sudah mulai hujan tapi belum merata seperti di Lampung ini kemarau masih terus berlanjut,” ujar Kepala BSIP Lampung Rachman Jaya di Bandarlampung, Rabu.
 
Ia mengatakan untuk tetap menjaga produktivitas pertanian di Lampung pihaknya hingga saat ini terus berupaya memperluas kegiatan sosialisasi kepada petani yang ada di kabupaten untuk menerapkan sistem pengairan hemat air.
 
“Kepada petani juga sedang diperluas sosialisasi agar bisa memanen air dengan penerapan sistem pengairan hemat air," katanya.

Menurut dia, teknologi ini harus terus disosialisasikan dan diimplementasikan di tingkat petani bagaimana cara menggunakan sistem pengairan dengan penggunaan air seminimal mungkin, dan tidak mengganggu produktifitas tanaman. 
 
Rachman menjelaskan dengan penerapan sistem pengairan hemat air di musim kering yang masih terus berlangsung kali ini, diharapkan dapat menjaga produktivitas pertanian di Lampung untuk memenuhi konsumsi masyarakat.
 
Ia mengatakan, di daerahnya untuk mitigasi kebanyakan petani sudah memanfaatkan sumur bor, menggunakan sistem pompanisasi tetapi itu kalau sumber daya airnya ada. Lalu ada yang memanfaatkan embung, dan sistem pengairan internal.

"Semua apa yang bisa diupayakan untuk tetap mengairi lahan pertanian dilakukan tapi tetap dengan penggunaan yang terukur sebab sumber daya air ini harus dijaga agar tetap bisa memenuhi kebutuhan pengairan,” ucapnya.
 
Menurut dia, selain melakukan sosialisasi penggunaan sistem pengairan hemat air kepada petani, untuk tetap menjaga produktivitas pertanian pihaknya juga tetap menjaga ketersediaan bibit yang terdapat di kebun percobaan Natar di Kabupaten Lampung Selatan.
 
"Khusus di kebun percobaan Natar yang merupakan tempat bibit tanaman lada dan beberapa jenis lainnya, tetap dijaga dari sisi pengairannya kami menggunakan sistem pengairan internal melalui embung sehingga air masih ada," katanya.

Jadi, lanjut dia,  beberapa pembibitan di sana bisa tetap terairi, secara teknis pasti dengan adanya kemarau ini terganggu tetapi masih bisa dimitigasi atas adanya risiko kekeringan ini dampaknya bisa serendah mungkin ditekan.
 
Diketahui selain sosialisasi penggunaan sistem pengairan hemat air yang dilakukan oleh BSIP, Pemerintah Provinsi Lampung pun telah melakukan penyaluran pompa air sebanyak 250 unit, 190 unit untuk kabupaten dan kota, dan 60 unit kepada brigade proteksi tanaman untuk mengatasi adanya kekeringan di lahan pertanian.
 
Selain penyaluran pompa air dukungan atas ketersediaan sumber air untuk lahan pertanian pada musim kering meliputi embung ada 55 unit, irigasi perpompaan ada 74 unit, selanjutnya untuk irigasi perpipaan jumlahnya ada 17 unit, sumur bor ada sebanyak 111 unit, cek dam atau tanggul penghambat ada empat unit, jalan usaha tani (JUT) sembilan unit, dan rehab irigasi tersier ada sebanyak 314 unit.
 
Lalu ada juga embung berjumlah 158 unit dengan kapasitas mencapai 19 juta meter kubik masih dalam kondisi yang baik dan aman. Sedangkan ketersediaan air tanah ada 214 sumur.
 
Ada pula pengalokasian Rp18 miliar yang disediakan melalui dana alokasi khusus (DAK) untuk rehabilitasi irigasi mengantisipasi dampak kekeringan di tiga daerah irigasi yaitu di daerah irigasi Way Ngarip I lokasi Tanggamus dengan luas baku 1.346 hektare dan luas fungsi 1.248 hektare.

Lalu daerah irigasi Tipo Balak, Lampung Tengah dengan luas baku 1.133 hektare, serta luas fungsi 1.133 hektare serta daerah irigasi Negara Ratu Kabupaten Lampung Selatan dengan luas baku 1.153 hektare dan luas fungsi 1.100 hektare.
 
Kemudian ada program pembangunan dan rehabilitasi irigasi desa di 50 titik yang tersebar di Kabupaten Lampung Tengah, Pringsewu, Lampung Timur, Pesisir Barat, Mesuji, Lampung Selatan, Waykanan, Tanggamus, Lampung Utara, Pesawaran dan Kota Metro.
 
Selanjutnya ada juga pembangunan embung sebagai antisipasi konservasi dan penyediaan air untuk daerah yang tidak dilalui jaringan irigasi di 20 lokasi.

Juga ada program pembangunan jaringan irigasi air tanah di Desa Madukoro, Lampung Utara dengan luas daerah terlayani 8,4 hektare, Kelompok Tani Taruna Tani Desa Semuli Lampung Utara, seluas 15,4 hektare, Desa Purwosari, Lampung Selatan dengan luas 37,2 hektare, dan di Kecamatan Pagelaran, Pringsewu seluas 25 hektare.
 
Pembangunan penyediaan air baku untuk persawahan dengan melakukan pembangunan sumur air tanah untuk air baku di dua lokasi yaitu di Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan luas daerah terlayani 39,55 hektare, dan di Tanggamus dengan luas 37,39 hektare.