Tradisi ruwat laut dengan buang kepala kambing di Pantai Minang Rua Lamsel

id Lampung Selatan,Ruwat laut,Minang Rua.

Tradisi ruwat laut dengan buang kepala kambing di Pantai Minang Rua Lamsel

Suasana saat masyarakat dan pokdarwis serta jajaran Pemkab Lampung Selatan (Lamsel), setelah menggelar adat ruwat laut. ANTARA/Riadi Gunawan

Potensi yang luar biasa yang sudah ada dari zaman leluhur ini baik, kalau kita tidak jaga akan segera rusak atau musnah.

Lampung Selatan (ANTARA) - Ruwat laut dengan membuang kepala kambing dan beberapa sesaji dilakukan oleh masyarakat dan para kelompok sadar wisata (pokdarwis) serta jajaran Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel), di Pantai Minang Rua, Senin.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lampung Selatan Darmawan, di Pantai Minang Rua, Senin, mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi digelarnya tradisi adat budaya ruwat laut di Pantai Minang Rua ini.

"Kami dari Dinas Pariwisata sangat mengapresiasi dengan kegiatan ruwat pantai yang diinisiasi oleh Pokdarwis Minang Rua, ini adalah sebagai rasa syukur kita pada alam Desa Klawi telah memberikan kesejahteraan, telah memberikan anugerah yang luar biasa kepada masyarakat desa syukur kita kepada Allah SWT, juga kepada alam yang telah memberikan segalanya," kata dia.

Ia menjelaskan, tradisi ruwat laut tersebut sangat penting, karena untuk menjaga tradisi dan adat budaya leluhur yang ada di Pantai Minang Rua itu.

"Potensi yang luar biasa yang sudah ada dari zaman leluhur ini baik, kalau kita tidak jaga akan segera rusak atau musnah," katanya pula.

Dia juga mengatakan, kegiatan tersebut tidak hanya ruwat laut, namun Pokdarwis Minang Rua juga melakukan konservasi menjaga alam dan lingkungan.

"Kita jaga pantai ini dengan cara misalnya tadi menanam pohon di sini ada konservasi, juga di sini ada kura-kura, penyu, ya hubungan antara alam dengan manusia itu saling simbiosis mutualisme, ya saling menguntungkan kalau kita menjaga alam, alam juga akan jaga kita," ujarnya.

Selanjutnya Ketua Pokdarwis Minang Rua Saiman Alex mengatakan, budaya-budaya leluhur dari dulu memang dijaga dan dilestarikan.

"Ini selalu ada acara hal-hal seperti itu memang di situ ada ada hal negatif dan positif orang yang menanggapi akan hal-hal seperti itu, tetapi bagi kami ini adalah budaya. Budaya ini adalah salah satu warisan nenek moyang kita dan itu tetap harus kita lestarikan," kata Saiman.

Karena, kata dia lagi, budaya ruwat laut ini artinya tetap di dalamnya adalah untuk meminta permohonan kepada yang Maha Kuasa, berdoa bagaimana caranya apa yang kita lakukan pekerjaan di sini bisa buat pantai yang indah dan diminati wisatawan.

"Artinya kita mengharapkan nantinya kita selaku pengelola ini diberikan keselamatan kesehatan, itu juga pengunjung yang datang ke sini itu harapannya ke depan ya mereka datang ke sini sehat dalam keadaan selamat, pulang dalam keadaan selamat harus kita tetap lestarikan warisan ini," katanya pula.
Baca juga: Minang Rua Beach popular among tourists from outside Lampung