Siak (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Siak, Provinsi Riau, berencana membangun Monumen Perang Guntung di Kampung Selat Guntung, Kecamatan Sabak Auh, sebagai destinasi wisata baru untuk lebih menarik minat pengunjung menggali sejarah Kerajaan Siak Sri Indrapura.
"Di lokasi sudah ada prasastinya, tinggal dikembangkan jadi tempat wisata baru dengan dibangun Monumen Perang Guntung," kata Bupati Siak Alfedri di Siak, Selasa.
Dahulunya, Kerajaan Siak pernah melawan dan mengusir kolonial Belanda di masa kepemimpinan Sultan Siak ke-2 bernama Muhammad Abdul Jalil Muzaffar Syah atau lebih dikenal dengan Tengku Buang Asmara tahun 1746-1760 M.
Alfedri menggambarkan, nantinya di Monumen Perang Guntung itu juga akan disediakan fasilitas umum seperti gazebo dan taman-taman untuk memanjakan pengunjung.
Baca juga: Istana Siak di Riau segera dibuka sambut normal baru, setelah dua bulan ditutup
Itu dilakukan karena Pemkab Siak saat ini terus menggenjot pembangunan di bidang pariwisata. Hal ini sesuai dengan visi menjadikan Siak sebagai salah satu tujuan wisata di Pulau Sumatera.
Alfedri menjelaskan, lokasi monumen itu berada di area persawahan baru milik masyarakat seluas 70 hektare. Di lahan itu sedang dibangun tanggul dan sistem pengairannya oleh Dinas Pekerjaan Umum Tata Ruang dan Pemukiman Siak di sana.
"Mudah-mudahan tahun ini rampung, supaya masyarakat bisa segera bertanam padi. Ini akan semakin bagus karena nantinya di area persawahan ada Monumen Perang Guntung, pemandangannya semakin sejuk," ungkap bupati.
Menurut Alfedri, untuk akses menuju titik yang akan dibangun monumen itu masih sulit, sebab jalan ke sana masih jalan setapak, hanya dapat dilalui oleh kendaraan roda dua saja. Namun ke depannya, akan dibuat pelebaran jalan di area sawah itu.
"Makanya kita prioritaskan sawah dulu, biar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membangkitkan ekonominya. Kalau selesai nanti akan dibangun jalan menuju tempat wisata, seperti di Bungaraya lah," jelasnya.
Baca juga: Festival Kota Pusaka Nusantara awal Aprik di Siak akan dihadiri pembicara UNESCO