Majalengka (ANTARA) - Sebanyak 69 warga negara Indonesia kru Kapal Diamond Princess yang dievakuasi dari Jepang ke Indonesia rencananya akan mendarat di Bandara Internasional Kertajati di Majalengka Jawa Barat lalu menggunakan KRI dr Soeharso yang bersandar di Pelabuhan PLTU Indramayu untuk menuju ke Pulau Sebaru.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto mengatakan di Majalengka, Minggu, 69 WNI yang dievakuasi dengan pesawat Garuda Indonesia dengan nomor registrasi GA8750 tersebut diperkirakan tiba pada pukul 23.30 WIB di Bandara Kertajati.
Para WNI yang dijemput akan turun melalui pintu belakang pesawat berjenis Airbus A330 itu, dan langsung masuk ke lima bus RSPAD Gatot Subroto yang telah disediakan untuk dibawa ke Pelabuhan PLTU Indramayu.
Saat turun di Pelabuhan PLTU Indramayu, para WNI tersebut akan dilakukan desinfektan dan menaiki KRI dr Soeharso. Tim kesehatan dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Tanjung Priok dan Balitbang Kesehatan Kemenkes akan melakukan pemeriksaan kesehatan secara klinis sekaligus mengambil sampel spesimen untuk keperluan pemeriksaan laboratorium.
Tim kesehatan tersebut lalu turun dari kapal dan melanjutkan pemeriksaan spesimen di laboratorium, sementara KRI dr Soeharso berlayar ke Pulau Sebaru Kecil DKI Jakarta untuk melakukan masa observasi selama 14 hari.
KRI dr Soeharso yang membawa 69 WNI tersebut diharapkan berlayar sebelum pukul 03.00 WIB menuju Pulau Sebaru yang akan memakan waktu perjalanan sekitar lima jam.
Yurianto menyebut para WNI kru Kapal Diamond Princess akan melakukan masa observasi 14 hari karena sebelumnya juga telah menjalani masa observasi selama 14 hari di Kapal Diamond Princess.
"Sampai saat ini seluruh WNI yang dijemput dalam kondisi sehat. Mereka sudah mengalami karantina sebenarnya selama 14 hari di kapal, dengan basis data PCR yang dilakukan oleh otoritas Jepang dan semuanya negatif," kata Yurianto.
Dia menjelaskan bahwa para WNI yang dijemput telah dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum diizinkan meninggalkan Jepang. Namun pemerintah Indonesia tetap melakukan pemeriksaan kesehatan ganda begitu sampai di Tanah Air.