Pemkot Yogyakarta kaji kebutuhan "branding" dukung promosi pariwisata penggerak ekonomi

id Branding,yogyakarta,promosi,wisata,wisata yogyakarta

Pemkot Yogyakarta kaji kebutuhan "branding" dukung promosi pariwisata penggerak ekonomi

Ilustrasi wisatawan di kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta (Eka AR)

“Kami akan kaji mengenai kebutuhan ‘branding’ untuk Kota Yogyakarta. Sampai saat ini, belum ada ‘branding’ khusus untuk Yogyakarta,” kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Yogyakarta Agus Tri Haryono di Yogyakarta, Jumat.

Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta mewacanakan untuk melakukan kajian terkait kebutuhan “branding” Kota Yogyakarta guna mendukung promosi pariwisata yang masih diproyeksikan sebagai motor utama penggerak perekonomian di Yogyakarta pada tahun-tahun mendatang.

“Kami akan kaji mengenai kebutuhan ‘branding’ untuk Kota Yogyakarta. Sampai saat ini, belum ada ‘branding’ khusus untuk Yogyakarta,” kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Yogyakarta Agus Tri Haryono di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, “branding” sebuah kota, terutama Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pariwisata merupakan salah satu kebutuhan yang penting untuk dipenuhi sehingga wisatawan pun akan langsung teringat bahkan bisa memahami suasana yang nantinya ditemukan saat berkunjung ke Yogyakarta.

Saat ini, salah satu kabupaten di DIY yang sudah memiliki “branding” untuk wilayahnya adalah Kulon Progo dengan “The Jewel of Java” atau Kabupaten Sleman dengan “The Living Culture”, sedangkan branding yang sempat disandang oleh DIY adalah “Never Ending Asia” yang kemudian diganti menjadi Jogja Istimewa.

Agus menambahkan, strategi promosi wisata yang diterapkan di Kota Yogyakarta tetap mengandalkan pada prinsip 3A+P yaitu amenities, attractions, accessibilities and promotions. “Untuk promosi wisata, perlu dibantu dengan ‘branding’ kota,” katanya.

Pemerintah Kota Yogyakarta, lanjut Agus, harus melakukan banyak persiapan terkait perubahan infrastruktur pendukung wisatawan, salah satunya beralihnya seluruh penerbangan ke bandara baru Yogyakarta International Airport yang berada di Kabupaten Kulon Progo dan tambahan infrastruktur berupa jalan tol.

“Perlu ada suasana baru yang bisa dirasakan wisatawan saat berkunjung ke Yogyakarta. Salah satu pilihannya adalah menata jalur trotor di Jalan Margo Utomo sehingga bisa tertata dengan baik layaknya Jalan Malioboro,” katanya.
Baca juga: Virus Corona mulai pengaruhi kunjungan wisman ke Yogyakarta

Salah satu kekuatan yang bisa menjadi daya tarik wisatawan adalah keberadaan kuliner di Jalan Margo Utomo yaitu angkringan dan kopi jos. “Perlu ada peningkatan dari sisi higienitas supaya jumlah pengunjung semakin banyak,” katanya.

Sebelumnya, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengingatkan seluruh pihak termasuk stake holder pariwisata untuk tidak terlambat mengantisipasi berbagai perubahan yang mungkin akan dialami Kota Yogyakarta dengan penambahan infrastruktur pariwisata.

“Yang penting untuk dilakukan adalah menjaga dan meningkatkan kenyamanan di Kota Yogyakarta. Misalnya memperbanyak jalur searah supaya lalu lintas tidak macet,” katanya.

Menurut dia, tantangan utama yang dihadapi Kota Yogyakarta dengan adanya perubahan infrastruktur adalah menjaga agar wisatawan tetap berkunjung ke Yogyakarta. “Jangan sampai Yogyakarta hanya dilewati saja. Makanya, semua pihak harus mulai bersiap-siap menyambut perubahan-perubahan itu,” katanya.
Baca juga: Pariwisata desa di Bantul Yogyakarta dorong pengembangan ekonomi masyarakat