Penurunan permukaan tanah di kawasan nonpipanisasi Jakarta, ini kata Anies

id Anies Baswedan,Intrusi Air Laut,Penurunan Permukaan Tanah,Kementerian ESDM,Ignasius Jonan,Pipanisasi,Air Minum,Aetra,Pal

Penurunan permukaan tanah di kawasan nonpipanisasi Jakarta, ini kata Anies

Warga memancing di dekat bangunan yang terendam air laut di kawasan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta, Senin (10/4/2017). Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan sangat mengkhawatirkan penurunan muka tanah di DKI Jakarta yang sudah mencapai rata-rata 7,5 cm sampai 12 cm per tahun sehingga diperkirakan seluruh Jakarta Utara akan berada di bawah permukaan laut pada 2030. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Anies yang ditemui di Jakarta, Selasa, menanggapi temuan Kementerian ESDM soal air laut sudah masuk ke kawasan Monas karena turunnya permukaan tanah.

Jakarta (ANTARA) - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebutkan turunnya permukaan tanah di Jakarta terjadi di kawasan nonpipanisasi.

Anies yang ditemui di Jakarta, Selasa, menanggapi temuan Kementerian ESDM soal air laut sudah masuk ke kawasan Monas karena turunnya permukaan tanah.

Anies menyebutkan bahwa pihaknya mengetahui hal tersebut dari hasil penelitian Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) soal turunnya tanah di Jakarta.

"Soal air laut, penurunan muka tanah. Beberapa waktu lalu, tim peneliti dari JICA mempresentasikan kepada kami, hasil pantauan penurunan permukaan tanah di Jakarta di beberapa titik," katanya.
Baca juga: 10.000 Lubang Cegah Banjir Jakarta

"Perlu saya garis bawahi di sini. Titik-titik itu mengalami penurunan di tempat yang tidak melakukan pipanisasi air minum," kata Anies di Balai Kota Jakarta.

"Akan tetapi di tempat yang pipanisasi, maka penurunan permukaan tanahnya berhenti. Tapi di tempat yang belum ada pipa air minum, penurunan tanahnya berjalan terus," ujarnya.

Atas hasil temuan JICA tersebut, Anies menyatakan, pihaknya menarik kesimpulan bahwa sangat penting perluasan pipa air minum untuk mencegah penurunan permukaan tanah lebih jauh.

"Jelas sekali dari temuan itu," ujar Anies.
Baca juga: BPPT anjurkan tanam pohon tanggulangi polusi kota besar

Perluasan jaringan pipa air minum tersebut dinilai lebih mudah dilakukan jika pengelolaan air minum dari swasta diambilalih pemerintah provinsi seperti yang pernah diungkapkan Anies.

Akan tetapi hingga saat ini, hal tersebut belum terealisasi karena masih dalam proses pembahasan antara PAM Jaya dengan Aetra dan Palyja selaku operator air bersih.

Pihaknya berkepentingan mempercepat persoalan tata kelola air agar bisa mencegah penurunan permukaan tanah sekaligus memastikan setiap warga mendapatkan air bersih untuk bisa diminum.

Sekarang proses pembicaraan serius dengan swasta ada Palyja dan Aetra. Dengan satu pihak berlangsung progresif, satu pihak mandek.

"Posisi mereka belum berubah, kami dalam proses pembicaraan dengan mereka, ini yang kami harap bisa dituntaskan," kata Anies.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Badan Geologinya menaruh perhatian besar terhadap kondisi lingkungan di Jakarta. Salah satu yang menjadi isu besar adalah kota metropolitan ini berpotensi tenggelam.

Menteri ESDM Ignasius Jonan menerangkan pihaknya melalui Badan Geologi sudah melakukan kajian terkait penurunan permukaan tanah. Tercatat hingga 2013 permukaan tanah di Jakarta sudah turun 40 meter dari asalnya, khususnya di Jakarta bagian utara.
Baca juga: Semuanya demi udara bersih di ibu kota

Dampak yang sudah jelas terlihat adalah wilayah di pesisir Jakarta Utara. Air laut sudah masuk dan mengurangi batas wilayah di Jakarta Utara.

Masuknya air laut ke wilayah Jakarta sudah menimbulkan intrusi atau masuknya air laut ke pori-pori batuan yang mencemari air tanah.

Menurut catatan Badan Geologi, intrusi air laut sudah mencapai wilayah Monas bagian utara.

"Intrusi air lautnya sudah sampai Monas area utara. Kalau dibiarkan terus intrusi air lautnya makin parah, ekologi lingkungannya makin banyak terkena," kata Jonan.