Benda peninggalan maestro campursari "Manthous" dipamerkan

id Manthous,Campursari,Pameran

Benda peninggalan maestro campursari "Manthous" dipamerkan

Sejumlah pengunjung mengamati benda-benda peninggalan maestro campursari Manthous yang dipamerkan di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Rabu malam. (ANTARA/Ibrahim Hasan)

Yogyakarta (ANTARA) - Benda-benda peninggalan maestro musik campursari asal Gunung Kidul Arto Sugiartono alias Manthous ditampilkan pada pameran yang digelar oleh Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta  di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Rabu malam.

Sejumlah penghargaan penemu musik aliran campursari, Manthous yang dipamerkan di Lobby Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta di antaranya 11 piagam dan 13 trophy penghargaan, beskap, lukisan, foto, organ tunggal serta audio tape peninggalan Manthous.

"Kami merasa perlu memberi wadah dan penghargaan bagi seniman kebudayaan terutama campursari ini," kata Kepala Dinas Kebudayaan DIY Aris Eko Nugroho saat membuka pameran.

Aris berharap melalui pameran dalam bingkai "Gelar Karya Maestro 2019" itu dapat membuat masyarakat khususnya para pecinta musik campursari selalu mengenang sosok Manthous.

"Gelar Karya Maestro sudah delapan kai diselenggarakan di Taman Budaya Yogyakarta sejak tahun 2011 kali ini menampilkan karya seniman Manthous," kata dia.

Di sela pameran itu, Aris memberikan piagam penghargaan untuk Almarhum Manthous atas Inisiatif, Kreatif dan Inovatif Karya Musik Campursari yang diterima langsung oleh istri Manthous, Utasih Kusumasari.

Pemeran yang digelar bersama Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Taman Budaya Yogyakarta itu juga dimeriahkan penampilan grup Campur Sari Gunung Kidul (CSGK). Grup musik bentukan Manthous pada 1993 itu membawakan 19 langgam campursari karya Manthous.
 

Sejumlah pengunjung mengamati benda-benda peninggalan maestro campursari Manthous yang dipamerkan di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Rabu malam. (ANTARA/Ibrahim Hasan)

Kepala UPTD Taman Budaya Yogyakarta Diah Tutuko Suryandaru mengatakan Gelar Karya Maestro tersebut merupakan sarana untuk mengenang dan menjaga karya Manthous yang merupakan seniman asli Yogyakarta.

"Kami berharap musik campursari bisa menggema dan menggugah kepada generasi muda serta menggugah mereka untuk berkreasi," kata dia.

Dunia musik Indonesia mencatat nama Anto Sugiartoni, yang populer dengan nama Manthous, sebagai penemu dan peramu aliran musik campur sari yang menggabungkan dangdut, pop dan langgam Jawa.

Manthous lahirkan di Desa Playen, Gunung Kidul, DIY, pada 10 April 1950 dan meninggal di Jakarta dalam usia 62 tahun.