Jakarta (Antara)- Ketahanan keluarga merupakan benteng utama dari upaya penyebaran paham radikalisme kata Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Giwo Rubianto Wiyogo.
"Tidak adanya kekuatan terhadap ketahanan keluarga, sehingga anggota keluarga yang lain dengan mudah terpengaruh paham radikal begitu ada salah satu keluarga terpengaruh," ujar Giwo di Jakarta, Senin.
Anggota keluarga yang terpengaruh paham tersebut kemudian menyebarkan paham tersebut kepada anggota keluarga yang lain.
Menurut dia, keluarga harus mempunyai daya tahan dari kesesatan. Dengan demikian, harus ada pembinaan keluarga dan pihak pemerintah juga harus selalu melakukan pengawasan pendampingan sampai tingkat rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW) serta bukan hanya untuk sosialisasi politik saja.
"Jangan sampai ada celah, kita kecolongan di dalam tahun tahun politik ini yang dimanfaatkan oleh terorisme," katanya.
Menurut dia, keluarga perlu menanamkan sejak kecil dari pangkuan hingga dewasa, nilai nilai kehidupan yang beragama, bermoral, penuh kasih sayang antaranggota keluarga masyarakat, belajar mencintai sesama, lingkungan hidup, dan terus dipupuk sampai dewasa.
"Jadi kalau mereka berkeluarga pun memiliki hal yang sama. Jadi sejak kecil sudah memiliki benteng pertahanan dari luar , dan tentunya harus mandiri dari sisi ekonomi juga," ucapnya.
Menurut Giwo, pihak kepolisian perlu mendalami secara utuh mengapa satu keluarga bisa menjadi pelaku pengeboman di sejumlah rumah ibadah di Surabaya.
"Tapi yang pasti, proses indoktrinasi melalui pengasuhan itu sangat efektif. Sehingga anak rela sebagai pelaku," Kata mantan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) itu.
Pembinaan keluarga agar tak terindoktrinasi paham radikal mesti melalui berbagai cara, seperti melalui dakwah keagamaan dengan penceramah terpilih, melalui buku bacaan yg terpilih serta melalui pengajuan deradikalisasi.
Diketahui ada tiga gereja yang terkena ledakan bom yang terjadi pada Minggu (13/5) pagi yakni Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB) di Jalan Ngagel, GKI Jalan Diponegoro dan GPPS Jalan Arjuna, semuanya di Surabaya. Aksi teror peledakan bom tersebut menewaskan sekitar 13 orang dan 41 orang terluka.
Ledakan terjadi dalam rentang waktu berbeda, di Gereja Santa Maria, bom meledak pada pukul 07.30 WIB, dan dua gereja lainnya, tak berapa lama sesudahnya.
Ketahanan keluarga benteng dari radikalisme
Tidak adanya kekuatan terhadap ketahanan keluarga, sehingga anggota keluarga yang lain dengan mudah terpengaruh paham radikal begitu ada salah satu keluarga terpengaruh, ujar Giwo