Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Pengembangan pariwisata Lampung yang kini memiliki jargon baru "Lampung The Treasure of Sumatera" (Lampung Harta Terpendam di Sumatera) dengan berbagai problem dan potensi serta keunggulannya diangkat dalam diskusi komunitas jurnalis, di Bandarlampung, Sabtu.
Dalam Forum Diskusi Lampung Segalow, sebuah kelompok diskusi bagi komunitas jurnalis yang kembali menggelar seri yang kedua bertajuk "Apa Kabar, Turisme Lampung?" di Cafe Dawiels Bandarlampung menghadirkan pembicara Erlina Wakil Bupati Pesisir Barat, Choiria Pandarita Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Lampung, Admi Syarif penggiat pariwisata, dan Irvan Mahidin dari Dyandra Promosindo, dengan moderator Yusdianto, akademisi Universitas Lampung (Unila).
Menurut Khairul Anom, salah satu panitia dan penggagas forum diskusi ini, topik tersebut dibahas untuk menggali berbagai isu terkait dengan pengembangan pariwisata di Lampung, apalagi saat ini warga Lampung sedang menjalani hari-hari perayaan Lampung Krakatau Festival 2016.
Kepala Dinas Pariwisata Lampung Choiria Pandarita dalam pemaparannya menyatakan bahwa Festival Krakatau yang rutin digelar setiap tahun, kali ini memulai geliat baru, salah satunya dengan peluncuran brand baru wisata Lampung: "Lampung The Treasure of Sumatera".
Ia menjelaskan bahwa Dinas Pariwisata Lampung mulai menjalankan roadmap pariwisata. Salah satunya adalah membangun konektivitas antarobjek wisata di Lampung.
Sedangkan Erlina, Wakil Bupati Pesisir Barat menjelaskan bahwa daerahnya memiliki objek-objek wisata kelas dunia.
Sekalipun begitu, ia menyadari bahwa ada banyak persoalan, terutama terkait insfrastruktur jalan menjadi problem dalam pengembangan pariwisata di Pesisir Barat, pemekaran dari Kabupaten Lampung Barat.
"Namun, saya sekarang memulai dari apa yang ada. Apalagi masyarakat Pesisir Barat sesungguhnya adalah masyarakat yang terbuka dan sudah memiliki kesadaran tentang pentingnya pariwisata," ujarnya lagi.
Ia juga menyebut bahwa budaya warga Pesisir Barat memiliki tingkat keramahan tinggi dan jauh dari kriminalitas. "Tidak ada maling di Pesisir Barat, mengingat warga kami adalah tipe pekerja," katanya pula.
Admi Syarif menambahkan bahwa membangun pariwisata tidak bisa dengan cara-cara yang konvensional. "Juga tidak harus dengan memperbanyak hotel-hotel berbintang lima," ujarnya lagi.
Menurutnya yang terpenting adalah keterlibatan masyarakat untuk menumbuhkan budaya yang ramah terhadap turis, termasuk juga tumbuh ekonomi kreatif.
Admi percaya bahwa warga Lampung sebenarnya memiliki potensi adaptif dengan kepariwisataan. "Mereka hanya butuh contoh. Mereka butuh tindakan nyata dari para pemimpin untuk bekerja langsung memperbaiki keadaan, misalkan soal kebersihan.
Admi menambahkan bahwa kendala utama turisme Lampung adalah faktor geografis sehingga antarobjek wisata andalan menyebar dan jauh serta tidak terintegrasi.
Selain itu, Irvan Mahidin sebagai praktisi pariwisata memaparkan bahwa faktor geografis Lampung memiliki kecocokan dengan industri wisata event.
Ia menyarankan Provinsi Lampung perlu fokus untuk mempromosikan event-event unggulan yang memiliki daya tarik wisata tinggi ke masyarakat luar, sehingga semakin dikenal dan akan didatangi wisatawan.