Menhut Beri Nama Raja Pada Anak Gajah Yang Lahir Di Taman Safari Indonesia (TSI)
Jakarta, 25/10 (ANTARA) -- Seekor anak gajah sumatera yang lahir pada tanggal 3 Oktober 2013 di Taman Safari Indonesia diberi nama Raja oleh menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan. Anak gajah berkelamin jantan itu merupakan keberhasilan kesekian kalinya dari Taman Safari Indonesia dalam mengembangbiakan satwa gajah. Raja merupakan anak gajah dari induk jantan bernama David dan induk betina bernama Indah. Persalinan Raja dibantu oleh tim dokter dari TSI, salah satu anggota Tim tersebut adalah Drh. Yohana yang mengatakan perkembangan Raja pasca persalinan sangat baik. Pada kurun waktu beberapa tahun terakhir Taman Safari Indonesia telah berhasil mengembangbiakan gajah dan beberapa anak gajah yang telah lahir di TSI itu telah diberi nama oleh tokoh - tokoh bangsa seperti Presiden SBY dan Ibu Ani Yudhoyono.
Pada kesempatan yang sama, menhut yang didampingi oleh Toni Sumampau, Direktur TSI sekaligus Sekjen Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI), Frans Manangsang yang juga Direktur TSI dan Saudaranya Jansen Manangsang yang juga Direktur TSI sekaligus Ketua Forum Lumba-Lumba, dan Rahmat Syah Anggota DPD RI sekaligus Ketua PKBSI melihat pengelolaan TSI yang sangat profesional dalam memelihara satwa - satwanya. Menhut juga mengunjungi kandang tempat Melani, harimau Sumatera yang pemeliharaanya dilimpahkan ke TSI dari Kebun Binatang Surabaya (KBS) setelah mendapat sorotan dari berbagai pihak karena di KBS Melani diperlakukan dengan sangat tidak baik sehingga kondisinya sangat kurus dan memprihatinkan. Di TSI Melani mendapatkan perawatan ekstra meski untuk kembali sehat seperti semula akan memerlukan waktu yang lama.
Dalam konferensi pers yang dilakukan di TSI menhut memaparkan bahwa kawasan hutan pada tataran konsep telah dibagi menjadi fungsi produksi, llindung, dan konservasi, namun pada pelaksanaan dilapangan perlu kerjasama dari semua pihak agar singgungan kepentingan atas fungsi yang telah dibagi tersebut dapat di minimalisir. Hewan juga membutuhkan tempat hidup dan berkembang biak dan itu diakomodir di kawasan konservasi yang sangat kita jaga. Menhut berpesan untuk dibentuk rescue center untuk penyelamatan satwa, yang saat ini sedang direncanakan untuk dibentuk oleh Kementerian Kehutanan.
(W. Indrawan).
Pada kesempatan yang sama, menhut yang didampingi oleh Toni Sumampau, Direktur TSI sekaligus Sekjen Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI), Frans Manangsang yang juga Direktur TSI dan Saudaranya Jansen Manangsang yang juga Direktur TSI sekaligus Ketua Forum Lumba-Lumba, dan Rahmat Syah Anggota DPD RI sekaligus Ketua PKBSI melihat pengelolaan TSI yang sangat profesional dalam memelihara satwa - satwanya. Menhut juga mengunjungi kandang tempat Melani, harimau Sumatera yang pemeliharaanya dilimpahkan ke TSI dari Kebun Binatang Surabaya (KBS) setelah mendapat sorotan dari berbagai pihak karena di KBS Melani diperlakukan dengan sangat tidak baik sehingga kondisinya sangat kurus dan memprihatinkan. Di TSI Melani mendapatkan perawatan ekstra meski untuk kembali sehat seperti semula akan memerlukan waktu yang lama.
Dalam konferensi pers yang dilakukan di TSI menhut memaparkan bahwa kawasan hutan pada tataran konsep telah dibagi menjadi fungsi produksi, llindung, dan konservasi, namun pada pelaksanaan dilapangan perlu kerjasama dari semua pihak agar singgungan kepentingan atas fungsi yang telah dibagi tersebut dapat di minimalisir. Hewan juga membutuhkan tempat hidup dan berkembang biak dan itu diakomodir di kawasan konservasi yang sangat kita jaga. Menhut berpesan untuk dibentuk rescue center untuk penyelamatan satwa, yang saat ini sedang direncanakan untuk dibentuk oleh Kementerian Kehutanan.
(W. Indrawan).