Piala Eropa 2024 jadi ajang dansa terakhir Toni Kroos bersama Jerman

id Toni Kroos,Piala Eropa 2024,Timnas Jerman

Piala Eropa 2024 jadi ajang dansa terakhir Toni Kroos bersama Jerman

Gelandang Real Madrid asal Jerman Toni Kroos. (Photo by KERSTIN JOENSSON / AFP) (AFP/KERSTIN JOENSSON)

Saya yakin tim ini bisa melakukan hal spesial di Euro, ujar Kroos
Jakarta (ANTARA) - Gelandang tim nasional Jerman, Toni Kroos memutuskan hajatan Piala Eropa 2024 akan menjadi ajang terakhirnya sebagai pemain profesional.

Toni sebelumnya memutuskan gantung sepatu dari timnas Jerman pada 29 Juni 2021 menyusul kekalahan dari Inggris pada babak 16 besar Piala Eropa 2020.

Keputusan pensiun tersebut tidak terlepas dari kritikan pedas publik Jerman yang menilai performa gelandang Real Madrid tersebut begitu jauh dari standar.

Kritikan tersebut salah satunya dilontarkan oleh Presiden Bayern Muenchen, Uli Hoeneb yang mengatakan umpan horizontal, yang jadi ciri khas Kroos, tidak sesuai dengan gaya sepak bola modern.

Selain itu, kritikan juga dilontarkan oleh legenda sepak bola Jerman sekaligus legenda Bayern Muenchen, Lothar Matthaus yang mengungkapkan gaya permainan Kroos tidak berada di level pemain kelas satu di kancah internasional.

Usai Kroos pensiun, Tim Panzher seperti kehilangan kepingan puzzle pemain bernomor delapan di lini tengah. Di gelaran Piala Dunia 2022 peran Kroos sebagai gelandang penyambung antar lini coba diambil perannya oleh Ilkay Gundogan.

Hasilnya cukup mengecewakan, Thomas Mueller dan kawan-kawan yang tergabung di grup E bersama dengan Jepang, Spanyol dan Kosta Rika untuk kedua kali berturut-turut dalam edisi terakhir Piala Dunia gagal lolos dari babak fase grup.

Jerman yang mengoleksi empat poin dari hasil satu kemenangan, satu imbang dan satu kali kalah hanya mampu menduduki peringkat ketiga di bawah Jepang dan Spanyol.

Publik Jerman pun mencari kuda hitam akan keterpurukan timnas Jerman dengan menumbalkan pelatih Hansi Flick yang gagal melepaskan keterpurukan dari tim berjuluk Der Panzer.

Dengan proses yang terhitung selama kurun waktu dua tahun, Jerman masih belum menemukan nyawa pemain nomor delapan sebagai penghubung yang mampu menanggung beban untuk menjadi pemain yang mengatur tempo permainan dan merencanakan skema transisi baik dari bertahan ke menyerang ataupun sebaliknya.

Jerman yang berstatus sebagai tuan rumah Piala Eropa 2024 tentu dalam kondisi yang bingung menemukan pemain bertugas sebagai nomor delapan. Lalu pencarian tersebut kembali berlabuh kepada seorang yang berasal dari Jerman Timur, Toni Kroos. Usai pelatih Jerman, Julian Nagelsmann mencoba meyakinkan Toni Kroos untuk kembali tampil bersama tim Panzer di gelaran Piala Eropa 2024.

"Saya akan bermain untuk Jerman lagi di bulan Maret. Kenapa? karena saya diminta oleh pelatih federal, saya juga sedang bersemangat dan yakin dengan tim saat ini di Euro, dibanding dengan yang sebelum-sebelumnya," ujar Toni Kroos (22/2).

Kroos sang pemain nomor delapan

Usai kembali berseragam timnas Jerman, Kroos terhitung telah melakoni dua pertandingan uji coba dengan mengemas kemenangan menghadapi Perancis (24/3) dan Belanda (27/3).

Kembalinya Kroos tentu menghidupkan asa kembali publik Jerman usai dalam dua pertandingan tersebut tim asuhan Julian Nagelsmann mampu memetik dua kemenangan usai dalam tiga pertandingan uji coba terakhir tidak mampu mencatatkan kemenangan dengan hasil satu seri dan dua kekalahan.

Bahkan mantan pemain Bayern Muenchen tersebut mencatatkan satu assis saat bersua dengan Perancis dan Jerman. Lebih dari itu, pemain berjuluk si sniper tersebut seperti mengembalikan ruh sepak bola Jerman yang terkenal dengan gaya permainan penguasaan bola.

Saat menghadapi Perancis, tercatat Jerman menguasai 56 persen penguasaan bola, persentase gol yang dapat diekspektasikan sebesar 1,13 dan melepaskan total operan 693 dan 623 diantaranya merupakan operan berhasil. berbanding terbalik dengan Perancis dengan penguasaan bola 44 persen, persentase gol yang dapat diekspektasikan sebesar 0,83 dan jumlah total operan sebesar 503 dengan 440 diantaranya merupakan operan berhasil.

Tren serupa juga ditunjukkan saat bersua Belanda, Jerman tercatat menguasai 56 persen penguasaan bola, 1,02 persentase gol dan melepaskan 730 operan dengan 676 operan yang berhasil sedangkan tim Oranye menguasai 44 persen penguasaan bola, 0,48 persentase gol yang dapat diekspektasikan dan melepaskan 449 operan dengan diantaranya sebanyak 399 operan berhasil.

Tentu dengan kehadiran Kroos, kepingan puzzle dari Julian Nagelsmann seperti kembali ditemukan. Mantan pelatih Bayern Muenchen dan RB Leipzig tersebut memang suka dengan pemain nomor delapan yang mengatur ritme tim dengan ditemani satu gelandang bertahan bertipikal nomor enam dalam skema formasi 4-2-3-1 atau juga dapat transisi ke skema 3-4-3.

Berkaca dari permainan Kroos di Real Madrid, pemain berusia 34 tahun tersebut juga kerap ditaruh turun sejajar dengan dua pemain bertahan untuk memberikan keleluasaan bek sayap atau lebih akrab dengan inverted wing back untuk bermain ke depan dalam skema menyerang.

Opsi ini tentu akan jadi salah satu senjata mengingat Jerman kerap kali kesusahan untuk membongkar tim lawan dari area lini tengah.

Dansa terakhir Kroos

Usai baru mengantarkan Real Madrid menjuarai gelar ke-15 Liga Champions, dan jadi catatan istimewa buat Kroos pasalnya menjadi pemain tersukses mengangkat trofi si Kuping Besar sebanyak enam kali sejajar dengan legenda Real Madrid lainnya seperti Paco Gento, Dani Carvajal, Nacho Fernandez dan Luka Modric.

Namun Kroos masih mempunyai ambisi untuk melengkapi koleksi trofi internasionalnya sebelum gantung sepatu. Gelar Piala Eropa menjadi satu-satunya gelar yang belum diraih oleh pemain yang menjadi bagian Jerman saat juara Piala Dunia 2018 tersebut.

Dengan di hadapan pendukung sendiri, Kroos yang kini tercatat telah tampil sebanyak 108 kali penampilan bersama timnas Jerman berambisi untuk mengangkat trofi paling bergengsi negara-negara Eropa tersebut.

"Saya yakin tim ini bisa melakukan hal spesial di Euro," ujar Kroos.