Timika (ANTARA) - Pengurus Besar Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia (PB POBSI) mengakui bahwa salah satu tantangan besar yang dihadapi organisasi saat ini adalah memberikan pemahaman akan pentingnya implementasi "sport science" pada tingkat kompetisi.
Berdasarkan penjelasan Sekjen PB POBSI Robby Suarly, dalam "sport science" ada standar dan perhitungan pasti untuk mengukur kompetensi, sehingga performa atlet bisa dipantau dan dikembangkan sesuai target yang diinginkan.
"Saya melihat sendiri masih banyak oknum yang menyepelekan kegunaan 'sport science' di biliar, karena dianggap tidak praktis dan menilai biliar sebagai olahraga yang bisa dikira-kira," kata Robby saat ditemui di GOR Biliar SP5 Mimika, Rabu.
Padahal, Robby pernah membuktikan keuntungan implementasi "sport science" jelang SEA Games 1999. Saat itu Robby membuat perhitungan dan kalkulasi terperinci mulai dari data atlet, performa, hingga pranata pertandingan.
Hasilnya sangat menggembirakan, Indonesia untuk pertama kalinya mengantongi medali emas biliar SEA Games di Brunei Darussalam.
"Saya masih punya catatannya sampai sekarang, padahal sebelummya ada yang melapor ke KONI bahwa biliar olahraga yang tidak terukur," Robby mengungkapkan.
POBSI menilai penolakan sebagian pihak pada "sport science" dalam biliar merupakan kekeliruan yang fatal.
"Mereka dalihnya, biliar tidak seperti lari yang bisa diukur dengan catatan waktu, atau menembak yang bisa dihitung arah dan jarak targetnya. Padahal di biliar juga bisa dihitung berapa kali pukulan, berapa yang meleset, itu bisa diperhitungkan," katanya.
Dengan cita-cita mengembangkan prestasi biliar hingga tingkat dunia, PB POBSI akan berkomitmen untuk terus memberikan pemahaman soal "sport science" meski dipastikan tidak mulus.
"Mengedukasi orang yang tidak percaya ibarat menaburi garam di laut. Tapi kemballi lagi, ketika biliar tidak melaksanakan persiapan dengan berbasis 'sport sciene' kita akan ketinggalan," pungkasnya.