Ada aroma arabika di sela PON Papua

id PON Papua,Kopi Papua,PON XX Papua,Festival Kopi

Ada aroma arabika di sela PON Papua

Latte dari biji Kopi Papua yang ditawarkan kedai RKJP Waena milik Alfa Hikinda di stand Festival PON Kopi Papua, Kota Jayapura, Senin (4/10/2021). (ANTARA/Arindra Meodia)

Jayapura (ANTARA) - Sebelum matahari pergi di balik bukit pada awal Oktober, Alfa Hikinda meyeduh kopi arabika dengan cara manual ala barista, V60.

Nutty seperti aroma kacang, katanya, menyeruak saat mencecap seruput pertama dari cangkir kaca. Aroma lain menyusul kemudian, Fruitty dan coklat pada bagian akhir jelang seduhan tertelan ke tenggorokan.

"Kalau saya menilai, kopi itu satu hal yang ajaib," ujar Alfa ditemui dalam gelaran Festival PON Kopi Papua di Taman Mesra, Kota Jayapura, yang turut memeriahkan penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua pada 2-15 Oktober 2021.

Melalui kopi, Alfa mampu mengenali karakteristik orang yang berbeda-beda. Dan karena kopi, pria 34 tahun itu ingin berbuat banyak bagi orang-orang di sekitarnya.

Pertama kali mendirikan usaha Rumah Kopi Jalan Proyek (RKJP) Waena, Alfa berpikir untuk membuat usaha yang bisa mengantarkan semua orang menikmati kopi tanpa harus merogoh kocek lebih dalam.

Adalah kopi yang memaksa Alfa belajar butiran demi butiran, serta kenikmatan menyesapnya. Dia juga membuat komunitas dengan lebih dari 40 anggota.

Komunitas Kopi Numbay namanya. Dari sana, Alfa melakukan edukasi apa-apa saja perihal kopi. Selanjutnya, "kami juga saling support dalam kedai, baik itu barista maupun roastery. Kami menjadi penghubung antara teman-teman yang lain," kata dia.

"Teman-teman yang belum bergabung kami ajak juga, supaya kami saling menopang, supaya dunia per-kopian ini bukan hanya di Jayapura saja. Tapi, di daerah lain semua juga ikut merasakan hal-hal yang kami bangun dari komunitas ini," ujarnya.


 
Deretan Kopi Papua yang ditawarkan kedai RKJP Waena milik Alfa Hikinda di stand Festival PON Kopi Papua, Senin (4/10/2021). (ANTARA/Arindra Meodia)


Demi berbuat baik lewat komunitas, Alfa merasa perlu mendalami kopi dengan mengambil kursus. Ilmu dari kursus itu kemudian dia bagikan kepada rekan-rekannya.

"Kami tahu kelas barista itu sangat mahal," ujar Alfa, yang bersama saudaranya membuka kelas untuk mengajar anak-anak putus sekolah untuk menjadi barista. Upaya itu semata-mata dilakukan agar mereka dapat mandiri dengan berwirausaha.

Alfa pun sadar mimpinya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Maka, dia cari sponsor yang berkenan mendukung kelas barista itu.

"Sehingga beberapa saudara-saudara kami yang hidup di jalan karena pengaruh miras, supaya punya usaha dan meninggalkan hal-hal yang buruk. Itu tujuan kami membentuk satu kelas barista," kata Alfa.

Hingga pertengahan 2021, Alfa selesai mendidik lebih dari 50 siswa. Pada kelas terbarunya, Alfa dan komunitasnya menuntaskan kursus di balai latihan kerja untuk pengusaha muda kopi.

Selain membuat kelas pengolahan kopi, Alfa dan teman-temannya juga memberikan pelatihan kepada para petani kopi di Papua agar kualitas produk mereka meningkat.

Kopi yang dipilih RKJP sebagai sumber olahan adalah kopi asal Kabupaten Pegunungan Bintang. Alasannya, kabupaten yang terletak di deretan Pegunungan Jayawijaya itu punya ketinggian 400-4.000 meter di atas permukaan laut. Wilayahnya pun 90 persen dataran tinggi.

Menurut Alfa, kopi Papua mulai diminati banyak konsumen, tapi justru di Jayapura terbilang sedikit kedai yang menggunakan kopi asli Papua.

"Karena belum banyak yang mengelola secara baik. Kami mulai memperbaiki supaya jumlah yang diproduksi banyak. Kebanyakan dari luar (Papua) mintanya itu berton-ton, sedangkan kami untuk para petani sangat kewalahan hal itu," katanya.

Komunitas itu berusaha keras kualitas dan produksi kopi Papua meningkat sehingga keajaiban kopi dirasakan pula olleh para petani. Ujungnya, taraf hidup para petani bisa terangkat.


Dorong ekonomi lewat kopi
Alfa dan teman-teman juga memberikan edukasi tentang cara pemrosesan kopi yang baik. Misal kopi V60 atau Vietnam drip mulai digemari.

Sebagaimana daerah lain di Indonesia, Alfa menyebut kopi susu juga menjadi tren di Jayapura. Tren tersebut juga dirasakan Avriandi Numberi.

Pria asal Serui yang baru menuntaskan pendidikan di Universitas Gajaya Malang itu juga membuka usaha kopi di Festival PON Kopi Papua.

Tren konsumsi kopi di Jayapura yang terus meningkat sejak 2019 hingga 2020 menjadi alasan Avriandi untuk turut nyemplung ke industri kopi. "Mulai buka kedai-kedai kecil," kata Avriandi tentang usaha perkopian di Ibu Kota Papua itu.

Melalui Namta Coffee Papua, Avriandi menyajikan kopi Papua asal Wamena. Biji kopi Wamena cenderung asam dan tidak terlalu pahit.

Avriandi bergabung dengan komunitas Papua Muda Inspiratif yang di-inisiasi staf khusus Presiden RI Billy Mambrasar. Billy dikenal sebagai aktivis sosial dan pengusaha muda Papua.

Di bawah naungan Papua Muda Inspiratif, Avriandi mendapat modal usaha. Dia juga berkesempatan menempuh pendidikan barista di Esperto Barista Course.

Pria berusia 24 tahun itu lantas diberangkatkan ke Jakarta agar kembali ke Papua untuk berbagi ilmu kepada anggota lain di komunitasnya. Itu adalah langkah agar anak-anak muda Papua berminat menjadi wirausaha.

"Anak-anak papua harus berbisnis, jangan kita berpikir kerja jadi PNS. Kita harus berpikiran untuk berbisnis dan kita harus berkembang di tanahnya kita sendiri," katanya.

Saat ini, Avriandi sedang mencari tempat tetap untuk Namta Coffee Papua,


Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Dody Irianto melihat tiga sektor yang berpotensi sebagai pertumbuhan ekonomi kreatif di provinsi Papua, yaitu perikanan, pertanian, serta pariwisata dan tentu kopi ada di dalamnya.

Masing-masing sektor memiliki Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 4,7 persen, 5,21 persen dan 7,7 persen, sehingga pertumbuhan pada sektor tersebut diharapkan menopang pertumbuhan sektor non-tambang di Papua.

"Pengembangan sektor pariwisata dapat menjadi salah satu katalis positif untuk mendorong pemulihan ekonomi yang berkelanjutan di provinsi Papua," ujar Dody.

Pengembangan potensi, menurut Dody, dapat ditingkatkan dengan didorong oleh dukungan dan komitmen pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan lain dalam melakukan pengembangan pariwisata.

"Pengembangan pariwisata yang diperlukan meliputi aspek atraksi, aksesibilitas, serta amenity," dia melanjutkan.

Upaya kedua terkait pariwisata adalah peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga potensi daerah sebagai destinasi pariwisata. Selain itu, perlu juga program-program promosi pariwisata di provinsi Papua, salah satunya Festival PON Kopi Papua yang digelar di Taman Mesran Papua pada 3-9 Oktober 2021.

"Kami berharap festival ini dapat menjadi momentum peningkatan pariwisata Papua untuk menjadi sektor pariwisata sebagai pilar pertumbuhan ekonomi di provinsi Papua, sejalan dengan moto Papua Bangkit yang ada di Provinsi Papua," kata Dody.

Harapannya, keajaiban kopi bisa dirasakan tidak hanya oleh Alfa dan Avriandi tapi juga masyarakat Papua dari wilayah utara hingga selatan, dari daerah pegunungan hingga titik nol di Merauke.