IDI Bandarlampung: Prokes harus ketat guna menuju endemi

id COVID-19,Vaksinasi,Dinkes,Lampung.,IDI,Corona Lampung

IDI Bandarlampung: Prokes harus ketat guna menuju endemi

Ilustrasi: Pemeriksaan rapid tes lt antigen kepada warga di perbatasan masuk Kota Bandarlampung. (ANTARA/Dian Hadiyatna)

Bandarlampung (ANTARA) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bandarlampung mengatakan bahwa protokol kesehatan (prokes) harus diketatkan bila ingin pandemi menuju endemi.

"Sekarang kan memang kita sedang menuju pandemi ke endemi, tapi kalau pelaksanaan untuk ke arah sana tidak baik maka akan berpotensi masuk ke fase hiperendemi," kata Ketua IDI Bandarlampung, dr Aditya, di Bandarlampung, Jumat. 

Dia menjelaskan bahwa hiperendemi merupakan situasi dimana tingkat kasus positif COVID-19 atau jumlah orang yang terpapar lebih banyak dari endemi.

"Nah pandemi ke endemi ini kan salah satunya gejala COVID-19 seperti demam, batuk dan pilek dianggap penyakit biasa yang sehari-hari kita temukan ditemukan, namun bila prokesnya tidak bagus ditakutkan kita masuk hiperendemi dan menjadi masalah lagi," kata dia.

Kemudian itu, lanjut dia, yang paling penting juga pemerintah harus memperhatikan apakah kekebalan komunal di setiap daerah telah terbentuk guna menuju ke endemi.

"Kalau kita lihat di Lampung yang cakupan vaksin masih rendah di bawah 20 persen, sedikit ngeri-ngeri sedap juga. Seharusnya kan Pemprov Lampung bisa bersimulasi untuk mempercepat vaksinasi, kalau Bandarlampung saja yang baik vaksinasi tapi daerah lain tidak, kan kekebalan komunal tidak akan terbentuk," kata dia.

Namun begitu, Ketua IDI tersebut lebih khawatir apabila varian Mu masuk ke Indonesia sehingga mengakibatkan adanya gelombang COVID-19 lainnya sehingga pemerintah pun harus waspada dan menegakkan prokes ketat.

"Kalau sekarang memang berdasarkan data kasus COVID-19 sudah berkurang dan boleh saja senang tapi kita lihat juga bahwa penurunan kasus itu kan hanya dilihat dari kurva atau di atas kertas saja, untuk riil di lapangan siapa yang tahu," kata dia.

Apalagi lanjut dia, sekarang sedang masa transisi dimana toko-toko, pariwisata serta sekolah sudah mulai tatap muka dan beberapa kelonggaran lainnya sehingga apabila tidak menggunakan prokes ketat ditakutkan ada lonjakan di satu tempat yang menjadi klaster.

"Kayaknya masyarakat jadi eurofia apalagi yang sudah vaksin ini juga harus hati karena cenderung abai prokes padahal pademi belum selesai," kata dia.

Menurutnya, jangan sampai kalau varian MU ini sudah masuk dan penyebarannya masif serta memakan korban jiwa baru kelimpungan artinya semua elemen harus waspada dan jangan lalai dan menjadikan masalah ini sebagai tanggung jawab bersama.