Sarilamak. (ANTARA) - Pemuda penyandang disabilitas netra asal Lareh Sago Halaban, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat Akhlaqul Imam (19) hingga saat ini sudah mendirikan enam Pondok Tahfidz yang tersebar di beberapa lokasi di daerah tersebut.
Imam di Sarilamak, Sabtu, mengatakan bahwa gangguan mata yang dialami olehnya adalah low vision atau gangguan penglihatan, tetapi masih memiliki sisa penglihatan dan dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan alat bantu.
"Saya sudah mulai diarahkan oleh keluarga untuk belajar Al Quran semenjak duduk di bangku sekolah dasar (SD). Walaupun saat SD itu saya belum mendapati wadah yang baik untuk belajar menghafal, sehingga baru bisa belajar menghafal sendiri di rumah," ujar Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada itu.
Ia mengatakan baru mulai belajar secara terstruktur untuk menghafal Al Quran di penghujung kelas VII SMP atau 2015, yakni di Pondok Tahfidz Raudhatul Quran. Pada 2018 dia telah memiliki hafalan hampir 20 juz Al Quran.
"Pada 2018 itu geliat Tahfidz di Kota Payakumbuh sudah luar biasa. Tapi kegiatan Tahfidz di tempat tinggal saya di Lareh Sago Halaban ini belum semarak. Kalaupun ada itu tidak banyak," ungkapnya.
Menurut remaja yang saat ini masih menerima beasiswa khusus dari Kementerian Kominfo, di Kecamatan Lareh Sago Halaban ini belum banyak tempat Tahfidz dan tidak sebanyak di Kota Payakumbuh.
"Kalau tidak salah baru ada dua atau tiga tempat Tahfidz di sini, berangkat dari sini dan karena hafalan yang sudah 20 juz saya berdiskusi dengan keluarga, ustadz dan tokoh masyarakat di sini untuk mendirikan Pondok Tahfidz Istiqamah tepatnya 12 Juli 2018," katanya.
Anak dari pasangan Yasril dan Erlis Idris ini mengungkapkan bahwa pada awal berdirinya pondok Tahfidz ini, jumlah santri atau anak yang ikut sekitar 30 sampai 40 orang dan masih berjalan hingga saat ini.
"Di 2019 baru kami kembangkan ke Pondok Tahfidz Al-Ikhlas, di 2020 Pondok Tahfidz Nurul Akbar, 2021 awal kita buka Pondok Tahfidz Al Muttaqin dan seusai Ramadhan mendirikan Pondok Tahfidz Al Mutaqaddimin," ujar remaja kelahiran Bukittinggi, 23 Desember 2001 tersebut.
Ia mengatakan kelima pondok Tahfidz tersebut berkegiatan di masjid. Selain di lima Masjid tersebut, ia juga melaksanakan aktivitasnya untuk mengajar Tahfidz di kediamannya.
"Kalau yang di rumah ini kita beri nama Raudhatul Ilmi yang konsepnya itu berbentuk privat yang muncul karena keinginan dari para peserta di Pondok Tahfidz untuk menambah waktu menghafalnya sebab pelaksanaan di Masjid hanya dua kali dalam sepekan," ujarnya.
Ia mengatakan aktivitasnya di Pondok Tahfidz masih berjalan seperti biasa meskipun juga sedang menjalani perkuliahan di UGM, sebab saat ini perkuliahan masih dilaksanakan secara daring.
"Kalaupun kuliah sudah tatap muka, Insya Allah Pondok Tahfidz tetap dapat berjalan seperti biasa karena kami sudah menyiapkan regenerasi," katanya.
Ke depannya, Imam memimpikan untuk dapat terus mengembangkan dan menjalankan Pondok Tahfidz didirikannya itu. Selain itu ia juga ingin mendirikan pesantren.
Berita Terkait
Kasus Karimun Jawa jatuhkan citra produk ekspor udang Indonesia
Jumat, 19 April 2024 15:25 Wib
Densus 88 tangkap tersangka kedelapan kelompok JI Sulteng
Jumat, 19 April 2024 13:09 Wib
Eks hakim Prasetio Nugroho dijebloskan ke Lapas Sukamiskin
Kamis, 18 April 2024 17:53 Wib
Legislator Ihsan Yunus diperiksa KPK soal perusahaan di pengadaan APD Kemenkes
Kamis, 18 April 2024 17:50 Wib
Tinggi muka laut di RI naik hingga 1,2 cm per tahun
Kamis, 18 April 2024 17:48 Wib
Srikandi PLN rela tak mudik agar Lebaran tetap terang
Kamis, 18 April 2024 7:02 Wib