"Staycation" mendorong lonjakan ekonomi Arab Saudi

id Arab Saudi,Staycation,ekonomi,pandemi

"Staycation" mendorong lonjakan ekonomi Arab Saudi

Ilustrasi: Lanskap Kota Riyadh ketika pengunjung menyaksikan festival cahaya "Noor Riyadh" untuk menarik wisatawan di Arab Saudi, Foto diambil tanggal 19 Maret 2021. ANTARA/REUTERS/Ahmed Yosri/aww/cfo

Sepuluh tahun yang lalu, kami tidak pernah berpikir untuk membuka bisnis F&B (makanan dan minuman), dengan pemisahan gender di restoran dan peraturan yang ketat, itu tidak menarik dan orang-orang tidak terlalu menikmati pengalaman itu, kata Mitra Bur
RIyadh (ANTARA) - Saat juru masak ternama Amerika Serikat David Burke membuka restoran keduanya di Riyadh pada awal Agustus lalu, ratusan warga Arab Saudi memenuhi lokasi restoran untuk menikmati masakannya dan minuman non-alkohol rasa buah serta alunan lagu pop Arab dan Barat yang diputar oleh DJ.

Meski masyarakat Saudi biasanya melarikan diri dari negara gurun selama musim panas, ketika suhu dapat mencapai lebih dari 50 derajat Celcius, pandemi virus corona telah membuat mereka berduyun-duyun pergi ke restoran dan kafe di mal terbuka The Zone, pada saat yang sama memperkuat sektor konsumen Arab Saudi.

Noura, 21, seorang penerima tamu Saudi di salah satu restoran kelas atas mengatakan meja-meja penuh dipesan oleh pengunjung dari beberapa minggu sebelumnya.

"Sebelumnya, ini tidak mungkin pada bulan Agustus karena tidak ada orang di sini. Sekarang, kami memiliki beberapa pelanggan tetap yang datang ke sini dan menghabiskan ratusan (riyal) setiap minggu."

Arab Saudi pada bulan Mei mengizinkan warganya untuk bepergian ke luar negeri tanpa harus memiliki izin resmi setelah larangan selama lebih dari setahun, tetapi masih mempertahankan 'daftar merah' negara bagian yang tidak dapat mereka kunjungi, sehingga banyak yang memilih untuk berwisata di kota atau ‘staycation’.

Konsumsi pribadi tumbuh sebesar 1,3 persen pada kuartal pertama dibandingkan periode yang sama pada 2020, jauh di atas angka per kuartal sebelum pandemi dan penurunan pengeluaran luar negeri diperkirakan akan membuat angka tersebut tetap berada di posisi kuat.

Nilai transaksi point-of-sale di negara Teluk Arab, salah satu indikator belanja konsumen, melonjak 71,7 persen dalam basis tahun-ke-tahun di bulan Mei, bulan yang populer untuk liburan, menjadi 40,27 miliar riyal.

Angka tersebut naik lebih lanjut 4,6 persen pada basis tahunan di bulan Juni, terutama karena didorong oleh lonjakan 96,7 persen dalam pengeluaran untuk restoran dan hotel serta peningkatan 6,6 persen dalam pengeluaran untuk makanan dan minuman, menurut Al Rajhi Capital.

"Konsumsi pribadi telah kembali meningkat cukup kuat dan diharapkan menjadi pendorong utama pemulihan pada 2021," kata Monica Malik, kepala ekonom di Abu Dhabi Commercial Bank. "Ini mencerminkan pengeluaran yang terjebak dan perkembangan tahap awal di sektor pariwisata.”

Konsumsi rumah tangga menyumbang hampir 43 persen dari ekonomi Arab Saudi pada 2020, menurut data Bank Dunia, dan kenaikan tersebut menawarkan kelegaan karena menunjukkan pemulihan dua kali lipat dari ekonomi yang terpukul pandemi tahun lalu serta runtuhnya permintaan untuk minyak, komoditas ekspor teratas Arab Saudi.

Pariwisata domestik

Restoran, kafe, bioskop, dan hotel terisi penuh di ibu kota Riyadh, dan tempat-tempat baru terus bermunculan, dibantu oleh pelonggaran bertahap dari aturan ketat yang mengatur kehidupan publik.

Di restoran milik Burke, restoran kedua dari enam yang ia rencanakan untuk dibuka di Arab Saudi, staf wanita dan pria muda Saudi berbondong-bondong mendatangi lokasi tersebut sementara seorang pemain perkusi wanita menemani seorang DJ.

Pemandangan semacam itu tak dapat dibayangkan satu dekade yang lalu.

Penguasa de facto, Putra Mahkota Mohammed bin Salman telah bergerak untuk membuka kerajaan yang konservatif, di mana segregasi gender pernah ditegakkan dengan kuat oleh polisi agama, dalam upaya untuk meningkatkan kualitas hidup dan menarik perusahaan dan bakat asing.

Mengembangkan pariwisata domestik adalah ambisi utama pangeran tersebut, yang reformasi sosial dan ekonominya telah disertai dengan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat dalam monarki absolut.

"Sepuluh tahun yang lalu, kami tidak pernah berpikir untuk membuka bisnis F&B (makanan dan minuman), dengan pemisahan gender di restoran dan peraturan yang ketat, itu tidak menarik dan orang-orang tidak terlalu menikmati pengalaman itu," kata Mitra Burke di Saudi, Osamah Hussein.

"Sekarang ini adalah momen yang ideal," tambah Hussein, yang memiliki restoran dan hotel di seluruh kerajaan.

Sumber: Reuters