Hadapi tantangan global, kerja sama perdagangan dan pariwisata RI-Kamboja catat peningkatan

id Indonesia-Kamboja,KBRI Phnom Penh,Dubes Sudirman Haseng,pariwisata indonesia

Hadapi tantangan global, kerja sama perdagangan dan pariwisata RI-Kamboja catat peningkatan

Kegiatan Pameran Produk Dagang, Pariwisata dan Budaya Indonesia pada Festival Sungai di Provinsi Battambang, 13-15 Maret 2020 (KBRI Phnom Penh)

Bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, terus dilakukan promosi, termasuk table top/sales mission, familiarization trip jurnalis, media influencer dan biro perjalanan
Jakarta (ANTARA) - Meskipun menghadapi berbagai tantangan global, kerja sama perdagangan dan pariwisata antara Indonesia dan Kamboja mengalami peningkatan sepanjang tahun 2019.

Seperti yang disampaikan KBRI Phnom Penh melalui siaran pers yang diterima ANTARA pada Jumat, tahun lalu total perdagangan RI-Kamboja mencapai 661,11 juta dolar AS atau meningkat 18,35 persen dari tahun sebelumnya dengan surplus di pihak Indonesia sebesar 575, 92 juta dolar AS. Sementara kunjungan wisatawan Kamboja ke Indonesia melaju pesat sebesar 57 persen menjadi 13.843 orang.
Baca juga: Pemerintah RI-Belanda genjot kerja sama perdagangan, investasi, dan pariwisata

Pada Januari 2020 ini, perdagangan Indonesia-Kamboja kembali menunjukkan laju peningkatan 30,43 persen menjadi 63,73 juta dolar AS dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Adapun komoditas unggulan Indonesia ke Kamboja antara lain kendaraan bermotor dan komponennya, elektronik, batu bara, dan produk farmasi. Sedangkan komoditas Kamboja ke Indonesia antara lain pakaian jadi dan alas kaki.

Wisatawan Kamboja ke Indonesia pada Januari tahun ini kembali memperlihatkan laju peningkatan 67,5 persen menjadi 1.136 orang.

Tahun 2019 lalu, kunjungan wisatawan mancanegara ke Kamboja mencatat kenaikan lebih dari 6 persen menjadi 6,6 juta wisatawan. Wisatawan Indonesia ke Kamboja tahun lalu meningkat 19,8 persen menjadi 66.800 orang. Pariwisata merupakan andalan perekonomian Kamboja selain industri manufaktur dan jasa.

Laju peningkatan perdagangan dan pariwisata Indonesia-Kamboja tersebut merupakan kontribusi dan partisipasi pengusaha dan pemangku kepentingan terkait di berbagai kegiatan program business matching, pameran dagang tahunan Indonesia Trade and Tourism Promotion (ITTP), Trade Expo Indonesia (TEI) dan Cambodia Export and Import (CIE), business trip pengusaha Kamboja ke Indonesia, serta pelaksanaan kegiatan promosi, termasuk partisipasi dalam kegiatan water festival dan sea festival tahunan Kamboja.

"Bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, terus dilakukan promosi, termasuk table top/sales mission, familiarization trip jurnalis, media influencer dan biro perjalanan," kata Duta Besar RI untuk Kamboja Sudirman Haseng.
Baca juga: Indonesia pasarkan potensi pariwisata di Kolombia

Menurut Sudirman, laju peningkatan kunjungan wisatawan kedua negara tidak terlepas juga dari adanya penerbangan langsung pesawat Citilink Jakarta-Phnom Penh-Jakarta, yang dimulai sejak Juni 2019.

Untuk mempertahankan laju peningkatan tersebut, setidaknya menjaga untuk tidak terjadi penurunan yang signifikan akibat merebaknya COVID-19, dalam tahun 2020 ini kegiatan akan disesuaikan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan media sosial agar pengusaha dan pemangku kepentingan tetap dapat berkomunikasi secara langsung melalui virtual teknologi, seperti video conference.

Sudirman mengatakan, pemanfaatan digital teknologi informasi dan media sosial merupakan keniscayaan untuk tetap mempertahankan hubungan perdagangan dan ekonomi kedua negara.

Di samping itu, pemangku kepentingan, khususnya melalui pengusaha yang tergabung dalam Indonesia-Cambodia Bisnis Council dan Indonesia-Cambodia Alumni Network akan terus didorong untuk berperan dalam upaya peningkatan hubungan kedua negara.

"Diharapkan juga, segera setelah masalah COVID-19 reda, Citilink dapat kembali mengudara untuk berkontribusi meningkatkan hubungan kedua negara di berbagai bidang," kata Sudirman.
Baca juga: Pariwisata Indonesia rugi 500 juta dolarAS karena virus corona