Jakarta (ANTARA) - Menteri olah raga Italia Vincenzo Spadafora pada Minggu mendesak federasi sepak bola negara itu untuk menghentikan sementara musim Serie A menyusul wabah virus corona yang telah menewaskan 233 warga negara di Mediterania itu.
"FIGC (federasi sepak bola Italia) harus mempertimbangkan segera menghentikan Serie A," demikian pernyataan tertulis Spadafora di laman Facebook seperti dikutip AFP.
"Tidak masuk akal sekarang ini, karena kita menyuruh warga melakukan pengorbanan besar untuk menghindarkan penyebaran virus, membahayakan nyawa para pemain, wasit, staf pelatih dan fan yang tentunya akan menonton pertandingan, dengan tidak menunda pertandingan sepak bola."
Pada Rabu, Liga Italia memutuskan untuk memainkan sejumlah pertandingan tanpa penonton hingga 3 April sebagai salah satu pencegahan penyebaran virus corona di negara itu.
Presiden asosiasi sepak bola Italia Damiano Tomassi lewat Twitter, Minggu, mengatakan jika "menghentikan sepak bola adalah hal paling berguna bagi negara kita saat ini."
"Tim yang harus kita dukung sekarang berada di rumah sakit-rumah sakit kita, di ruang-ruang darurat."
Komentar Spadafora itu muncul setelah laga Parma vs SPAL, salah satu dari enam laga yang ditunda yang dimainkan pekan ini, diundur lebih dari satu jam pada 1245 GMT.
Sky SPort melaporkan jika para pemain yang telah bersiap di lorong terpaksa kembali ke kamar ganti.
Media setempat menerima salinan peraturan yang memerintahkan karantina terhadap seluruh wilayah Lombardy di Italia bagian utara, daerah yang paling terdampak dengan wabah virus corona.
Ibu kota Lombardy, Milan adalah pusat ekonomi Italia dan rumah dari sekitar 10 juta orang.
Dekrit pemerintah itu juga berlaku untuk sebagian wilayah Veneto sekitar Venice, juga Emilia-Romagna di Parma dan Ramini.
Warga yang berada di zona karantina disarankan sebisa mungkin tetap di rumah. Klub malam, gym dan kolam renang umum diperintahkan untuk tutup.
Bar dan restoran tetap buka tapi harus memastikan para pelanggan duduk setidaknya berjarak satu meter dari pelanggan lain.
Tak boleh ada yang meninggalkan maupun masuk zona karantina kecuali dengan "alasan serius".
Lebih dari 5.800 warga di negara itu didiagnosa terinfeksi virus corona dalam dua pekan terakhir.