Indonesia harus proaktif temukan pasar baru tujuan ekspor

id sofyan jalin, menko perekonomian, ketua bappenas

Indonesia harus proaktif temukan pasar baru tujuan ekspor

Menko Perekonomian Sofyan Djalil ((ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf))

...Perdagangan Indonesia harus lebih proaktif mengincar pasar-pasar non-tardisional, seperti ke kawasan Afrika dan Asia Tengah, yang selama ini kurang mendapat perhatian dari pelaku usaha tanah air, kata Sofyan...
Jakarta (ANTARA Lampung) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Sofyan Djalil menyatakan Indonesia harus proaktif dalam menemukan pasar baru untuk menjadi tujun ekspor selain pasar yang ada saat ini.

"Perdagangan Indonesia harus lebih proaktif mengincar pasar-pasar non-tardisional, seperti ke kawasan Afrika dan Asia Tengah, yang selama ini kurang mendapat perhatian dari pelaku usaha tanah air," kata Sofyan di Kompleks Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa.

Penetrasi tersebut perlu dilakukan, kata Sofyan, pasalnya selama ini ekspor Indonesia masih sangat terbatas kewilayah itu dan hanya berfokus pada Tiongkok dan Amerika Serikat yang merupakan pasar tradisional pelaku usaha di nusantara.

Terlalu berfokusnya Indonesia pada pasar tersebut, lanjut dia, sedikit banyak mengakibatkan neraca perdagangan Indonesia pada November 2015 defisit 346,4 juta dolar as.

"Karena kita hanya terlalu fokus pada pasar-pasar tradisional seperti Tiongkok dan Amerika, jadi kalau ekonomi mereka terganggu, kita juga pasti terganggu," ujar Sofyan.

Menurut Sofyan, defisit neraca perdagangan yang dialami Indonesia saat ini tak bisa dihindari, mengingat ekonomi Tiongkok dan Amerika serikat sedang lesu-lesunya, apalagi tujuan ekspor Indonesia paling banyak ke negara tersebut.

"Karena pasar tradisional Tiongkok dan Amerika Serikat, terutama Tiongkok terjadi penurunan impor akibat dari beralihnya fokus ekonomi mereka dari investasi ke konsumsi," ucapnya.

Untuk itu, Sofyan juga meminta Kementrian dan Lembaga terkait untuk lebih melirik pasar-pasar non-tradisional untuk segera memanfaatkan kawasan tersebut sebagai pasar baru untuk ekspor Indonesia.

"Kementrian Perdagangan dan Kementerian Industri, harus lebih bisa memasukan penetrasi ke wilayah-wilayah yang non tradisional," katanya menambahkan.

Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Ekspor pada bulan November 2015 tercatat 11,16 miliar dolar as yang turun 7,91 persen dibandingkan dengan Oktober 2015.

Sedangkan impor pada bulan November 2015 mencapai 11,50 miliar dolar as atau naik 3,61 persen, ini yang menyebabkan neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar 346,4 juta dolar as.

Kendati demikian, secara total dari Januari 2015 hingga November 2015, neraca perdagangan masih tercatat positif atau surplus 7,81 miliar dolar as.