Buah kopi di Tanggamus terserang hama penggerek buah

id petani kopi, hama penggerek buah, tanaman kopi, produksi kopi

Buah kopi di Tanggamus  terserang hama penggerek buah

Ilistrasi petani kopi tengah menjemur biji kopi (ANTARA/HO)

Bandarlampung (ANTARA) - Buah kopi di wilayah Kabupaten Tanggamus, Lampung dan sekitarnya banyak terserang hama penggerek buah kopi (PBKo) sehingga mengakibatkan produksi turun dan kualitasnya rendah.

"Akibat serangan hama ini mengakibatkan mutu kopi menjadi rendah," kata Triyanto petani kopi Desa Ngarip Kecamatan Ulu Belu, Tanggamus, saat dihubungi di Bandarlampung, Rabu.

Ia mengatakan serangan hama penggerek buah ini hampir terjadi di setiap musim kopi dan sebagian besar menyerang buah yang sudah tua atau siap dipanen.

Selain mutu yang rendah, lanjutnya, serangan hama itu juga menyebabkan hasil produksi kopi juga menurun. "Sebagian besar hama penggerek ini menyerang buah yang sudah tua atau siap panen," ujarnya.

Triyanto menjelaskan bahwa faktor penyebab datangnya hama penggerek buah itu karena iklim yang lembab.

Karena itu ia juga meminta petani kopi di daerahnya untuk mengatasi hama tersebut salah satunya dengan cara pemeliharaan tanaman.

"Meski sudah terserang hama, petani masih banyak yang kurang peduli untuk memelihara tanaman kopinya," ujarnya.

Guna mengatasi permasalahan hama tersebut, lanjutnya, sebuah perusahaan swasta yang bermitra dengan petani kopi telah beberapa kali melakukan cara pencegahan atau mengatasi masalah hama tersebut.

Muslim petani kopi lainnya mengatakan bahwa serangan hama penggerek buah kopi itu hampir terjadi setiap musim.

Karena itu, ia meminta petani untuk mengupayakan jenis tanaman dan cara pemeliharaan tanaman yang seragam sehingga periode pembuahan dapat serentak dan memudahkan tindakan mekanis untuk memutus siklus hidup hama

"Pengendalian hama ini akan efektif bila dilakukan gerakan pengendalian secara serentak oleh seluruh petani," tambahnya.

Luas area lahan kopi di Provinsi Lampung mencapai 156.918 hektare dan dengan 142.511 petani, telah diproyeksikan produksi tahun 2022 bisa mencapai 200 ribu ton, dan pemerintah daerah pun berencana untuk melakukan hilirisasi produk kopi menjadi kopi bubuk yang tersentralisasi di desa-desa.