Bandarlampung (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Chusnunia Chalim mengatakan untuk meningkatkan keterampilan perempuan dapat dilakukan melalui lembaga penyiaran publik dalam menyiarkan konten pelatihan keterampilan.
DPR minta lembaga penyiaran dapat tingkatkan keterampilan perempuan
![DPR minta lembaga penyiaran dapat tingkatkan keterampilan perempuan](https://cdn.antaranews.com/cache/1200x800/2024/12/17/20241217_093536.jpg)
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Chusnunia Chalim (tengah) dalam kegiatan diskusi publik peran lembaga penyiaran dalam pemberdayaan perempuan di Bandarlampung, Selasa (17/12/2024). (ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi)
"Beberapa waktu lalu, sempat ada program peningkatan keterampilan bagi pencari kerja melalui kartu pra kerja dan itu menggunakan video sebagai sarananya, sedangkan biaya yang dikeluarkan cukup banyak. Seharusnya kegiatan ini dapat dilakukan dengan memberdayakan lembaga penyiaran publik," ujar Chusnunia Chalim dalam Diskusi Publik RRI Peran Perempuan di Lembaga Penyiaran di Bandarlampung, Selasa.
Ia mengatakan lembaga penyiaran dapat memproduksi beragam konten terkait pelatihan keterampilan bagi para wanita secara rutin di jaringan penyiarannya.
"Ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan jaringan TVRI, RRI dan LKBN ANTARA. Jadi lebih simpel, efisien, tidak butuh anggaran banyak. Polanya sederhana saja siarkan video edukasi serta pelatihan tentang peningkatan keterampilan kemudian beritahukan jam tayangnya secara rutin, sehingga ibu-ibu di desa bisa belajar berwirausaha dari ide-ide kreatif di tayangan tersebut," katanya.
Kegiatan tersebut juga akan mendorong lembaga penyiaran ikut serta memberi akses dan edukasi digital ke masyarakat.
Sebab ada beberapa peran lembaga penyiaran yang dapat dilakukan yakni mengedukasi dan informasi melalui kampanye dan program literasi digital, mengangkat suara perempuan melalui penyampaian kisah dan ceritanya, serta mendukung perempuan dan pelaku UMKM melalui beragam tayangan.
"Di sini masyarakat dapat informasi peningkatan keterampilan serta keterampilan melalui dunia digital. Beragam kemudahan sekaligus manfaat yang akan didapatkan pula dari dunia digital. Kalau literasi digital kurang maka akhirnya para perempuan tidak akan dapat kesempatan semakin berdaya saing," ucap dia.
Ia juga meminta perempuan untuk bisa terus mempelajari perkembangan teknologi agar literasi digital perempuan makin menguat, dengan adanya peran serta dari lembaga penyiaran dalam menyiarkan konten yang mendukung peningkatan keterampilan wanita.
"Kalau kontennya ada maka aksesnya juga harus ada. Literasi sudah banyak sebenarnya perempuan yang mengakses internet, tetapi biasanya hanya dipakai untuk hiburan saja padahal kalau bisa dimanfaatkan banyak sekali yang bisa dipelajari seperti membuat produk, meningkatkan keterampilan berjejaring dan pemasaran," tambahnya.
Tanggapan tambahan dikatakan oleh Forum Aktivis Perempuan Muda Indonesia Ana Yunita Pratiwi.
"Peran lembaga penyiaran terhadap perempuan ini sangat penting untuk mendorong inovasi serta kreativitas dalam membangun perkembangan teknologi dan ini harus bisa diadaptasi oleh lembaga penyiaran," ujar Ana Yunita Pratiwi.
Ia mengatakan lembaga penyiaran dapat melakukan penayangan tayangan yang terkait dengan pemberdayaan perempuan, mempermudah akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan.
"Perempuan ini jarang sekali bersuara, serta banyak sekali konten yang mendiskriminasi, mengeksploitasi identitas perempuan. Diharapkan lembaga penyiaran dapat menangkal konten negatif tentang isu perempuan dan melakukan pemberdayaan," kata dia.
Ia mengharapkan lembaga penyiaran dapat menyajikan konten serta tayangan yang informatif, kaya akan pengetahuan, dan menyebarluaskan edukasi pencegahan kekerasan terhadap perempuan.