Bandarlampung (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung mengatakan mulai memaksimalkan pengelolaan komoditas kakao lokal menjadi produk turunan guna meningkatkan nilai jual komoditas unggulan daerah.
"Selain kopi, lada, dan padi, Lampung ini juga penghasil kakao yang menyumbang produksi nasional juga," kata Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, di Bandarlampung, Kamis.Ia mengatakan, dengan nilai produksi yang mencapai 56.586 ton menjadi Lampung masuk dalam lima besar daerah penghasil kakao terbanyak secara nasional.
"Tapi kalau Lampung ini penghasil kakao terbesar kenapa kita tidak bisa menjadi tuan rumah untuk produksi cokelat disini, jadi perlu lagi meningkatkan dan memaksimalkan pengelolaan kakao," katanya.
Menurut dia, pengelolaan biji kakao secara maksimal dapat meningkatkan nilai jual produk setelah mampu diolah menjadi produk turunan cokelat.
"Harus mulai didukung adanya pengembangan kreasi, inovasi dan bisnis hilirisasi produk kakao. Sebab ini sudah waktunya bangkit untuk mengelola komoditas asli Lampung seperti cokelat dan kopi agar bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri," ucapnya.
Dia menjelaskan, perbaikan pengelolaan tanaman kakao hingga biji kakao di tingkat petani akan jadi salah satu cara awal untuk meningkatkan mutu kakao lokal, sebelum mulai memperluas hilirisasi dengan mengembangkan industri cokelat.
"Harus dibuat industri cokelat disini tidak perlu kita beli dari luar lagi, harus di olah dengan baik komoditas disini sebab akan berpengaruh juga untuk kemajuan petani kakao," tambahnya.
Ia pun melanjutkan untuk mendukung pemaksimalan pengelolaan komoditas kakao Lampung, perlu pula dilakukan intensifikasi dan pengembangan IKM dan UMKM cokelat jadi komoditas bisa diolah dari hulu ke hilir.
"Kalau komoditas ini bisa dikelola jadi produk turunan nilai tambahnya ada, jadi perlu bersama-sama juga mengembangkan memperbanyak IKM atau UMKM cokelat ini jadi konsep ekonomi kerakyatan juga," katanya.
Di Lampung komoditas kakao menjadi salah satu komoditas unggulan. Itu terlihat dari adanya sejumlah sentra kakao yang akan terus dikembangkan yakni di Kabupaten Pesawaran, Lampung Selatan dan Lampung Tengah, Tanggamus, dan Lampung Timur.
Pada 2018 tercatat produksi kakao Lampung mencapai 58.638 ton, dengan Kabupaten Pesawaran sebagai penyumbang produksi terbanyak yakni mencapai 30.059 ton.
Serta pada 2020 produksi jumlahnya sebanyak 58.852 ton dengan luasan lahan kakao Lampung 79.356 hektare, atau bila di hitung per hektare dapat menghasilkan 900 kilogram kakao.