Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengalokasikan anggaran sebesar Rp167,5 miliar untuk membangun sarana hunian pariwisata dalam rangka mengembangkan kawasan pariwisata di Danau Toba.
"Salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang tengah dikembangkan oleh Kementerian PUPR adalah Danau Toba," kata Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR, Khalawi Abdul Hamid, dalam siaran pers di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, hal itu adalah salah satu upaya mendorong pemulihan ekonomi nasional salah satunya melalui sektor pariwisata nasional.
Selain mempersiapkan infrastruktur, pemerintah juga berupaya meningkatkan kualitas rumah masyarakat di kawasan pariwisata yang ada sehingga lebih tertata dan menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung.
Khalawi menjelaskan, Kementerian PUPR melalui Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Penyediaan Perumahan Provinsi Sumatera Utara telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp167,5 miliar untuk pembangunan Sarana Hunian Pariwisata (Sarhunta) di Danau Toba.
"Sarhunta dilaksanakan dengan meningkatkan kualitas rumah masyarakat di sepanjang koridor tempat pariwisata sekaligus dapat menjadi homestay bagi wisatawan yang berkunjung dan ingin menikmati keramahan warga," katanya.
Ia mengemukakan, adanya penataan koridor dan program homestay diharapkan mampu menciptakan penataan ruang dan kebutuhan publik yang sesuai dengan karakteristik dan kearifan lokal budaya di suatu daerah.
Selain itu, ujar dia, program Sarhunta ini sangat bagus untuk mengembangkan tempat wisata di indonesia sehingga dapat mendatangkan devisa, membuka lapangan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal.
"Jumlah Sarhunta yang kami bangun di KSPN Danau Toba adalah 1.765 unit. Sebanyak 607 unit kami bangun di sepanjang koridor di kawasan Danau Toba. Sedangkan sisanya yakni 1.158 unit tersebar di enam kabupaten di antaranya Toba, Samosir, Simalungan, Humbang, Taput dan Pairi," paparnya.
Sebagai informasi, kawasan Danau Toba yang telah ditetapkan sebagai salah satu KSPN prioritas atau sebagai lima "Bali baru" di Indonesia selain Borobudur, Mandalika, Likupang, dan Labuan Bajo.