Suhu Politik Turun

id Suhu Politik Turun, LIPI, Pengamat, Jateng, Kliwon, Prabowo, Siti Zuhro, Jokowi

Suhu Politik Turun

Presiden terpilih Joko Widodo (kanan) dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto (kiri) usai pertemuan di Jakarta, Jumat (17/10). (ANTARA FOTO/Dok/Akbar Nugroho Gumay)

Pertemuan kedua tokoh tersebut telah mampu menyejukkan, menuduhkan suhu politik yang tidak reda selepas Pemilu Presiden dan Wakil Presiden RI, 9 Juli 2014."
Semarang (ANTARA Lampung) - Pertemuan Joko Widodo dan Prabowo Subianto secara umum memberikan dampak positif bagi menurunnya suhu politik menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI terpilih, Senin (20/10), kata Pengamat politik dari LIPI R. Siti Zuhro.

"Pertemuan kedua tokoh tersebut telah mampu menyejukkan, menuduhkan suhu politik yang tidak reda selepas Pemilu Presiden dan Wakil Presiden RI, 9 Juli 2014," kata Prof. Wiwieq--sapaan akrab Prof. R. Siti Zuhro, M.A., Ph.D.--menjawab pertanyaan Antara di Semarang, Sabtu.

Sebelumnya, Jokowi (calon presiden terpilih) bertemu dengan Prabowo (calon presiden) di kediaman Sumitro Djojohadikusumo, Jalan Kertanegara Nomor 4 Jakarta Selatan, Jumat (17/10).

Pertemuan itu, kata Prof. Wiwieq yang juga peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), juga telah meredakan ketegangan politik antara Koalisi Merah Putih yang mendukung Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden RI Prabowo-Hatta Rajasa dan Koalisi Indonesia Hebat yang mendukung pasangan Jokowi-Jusuf Kalla.

"Secara luas juga memberikan relief kapada komunitas, organisasi kemasyarakatan (ormas), media, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan profesional," kata alumnus Curtin University, Perth, Australia, itu.

Silaturahmi politik Jokowi-Prabowo, kata Prof. Wiwieq, patut diapresiasi agar ke depan bisa menjadi teladan positif bagi para politikus yang berlaga, baik pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden RI maupun pemilihan kepala daerah (pilkada), untuk tidak melanggengkan rivalitasnya pascapemilu.

"Melalui partai politik, kita bisa mintakan agar institusi partai tidak hanya mencetak politikus saja, tetapi juga negarawan untuk mengurus negara," kata Prof. Wiwieq.

"Artinya," lanjut Prof. Wiwieq, "perlu ada tradisi baru suksesi kepemimpinan nasional diikuti oleh nilai-nilai positif perilaku para elite yang mencerminkan kematangan dan keteladanan dalam berpolitik."

"Hal itu diharapkan agar ada pembelajaran bagi rakyat dan supaya rakyat mendapatkan manfaat dari pemilu," kata  dosen tetap pada Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Riau itu.