Bapanas sebut penyesuaian HPP gabah optimalkan serapan saat panen raya

id Bapanas,HPP gabah,pangan

Bapanas sebut penyesuaian HPP gabah optimalkan serapan saat panen raya

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi. ANTARA/HO-Humas Bapanas

Di sisi lain, kepentingan di hilir juga kita harus lihat bahwa harga di tingkat konsumen juga harus wajar, tambah Arief

Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan pemberlakuan penyesuaian harga pembelian pemerintah (HPP) gabah untuk memberikan keleluasaan kepada Perum Bulog dalam mengoptimalkan serapan hasil produksi petani pada masa panen raya.

"Penyesuaian HPP gabah ini akan diberlakukan pada 15 Januari mendatang, sehingga Bulog bisa mempersiapkan untuk menyerap hasil panen petani pada masa panen raya," kata Arief dalam keterangan di Jakarta, Selasa.

Dia menyampaikan bahwa keputusan pemerintah menyesuaikan HPP gabah untuk Perum Bulog dari Rp6.000 per kilogram (kg) menjadi Rp6.500 akan diberlakukan mulai 15 Januari 2025.

Hal tersebut berdasarkan hasil keputusan Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) Kementerian Koordinator Bidang Pangan yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan di Jakarta, pada Senin (6/1).

"Tentunya ini sesuai dengan arahan Pak Menko juga berdasarkan hasil Rakortas yang dipimpin Bapak Presiden Prabowo Subianto beberapa waktu lalu," ujarnya.

Menurut Arief, HPP gabah Rp6.500 per kg merupakan harga yang wajar di tingkat petani dengan memperhitungkan struktur ongkos usaha tani, serta masukan dari berbagai unsur, termasuk dari organisasi petani itu sendiri.

"Jadi kita tidak melihat satu sisi saja, bahwa kepentingan di hulu, para sedulur petani kita ini harus diperhitungkan dan tentunya mempertimbangkan masukan dari semua stakeholder, sehingga mendapat harga yang wajar untuk usaha produksinya," ucap Arief.

"Di sisi lain, kepentingan di hilir juga kita harus lihat bahwa harga di tingkat konsumen juga harus wajar," tambah Arief.

Lebih lanjut, Arief menyebutkan bahwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sejak pemberlakuan kebijakan HPP melalui Bapanas yang pertama kali pada Maret 2023, indeks Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) terus berada melebihi 100 poin. NTPP pada Maret 2023 sendiri kala itu berada di 103,83.

Indeks NTPP yang tertinggi tercatat di tahun 2024 dengan capaian 122,78 pada Desember. Pemerintah pun konsisten dalam menjaga indeks NTPP terus stabil di atas 100 poin dan belum pernah lebih rendah daripada NTPP Maret 2023 yang kala itu berada di 103,83.

Sebelumnya Menko Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan, selain HPP gabah yang akan diberlakukan pada 15 Januari 2025, Harga Acuan Pemerintah (HAP) jagung pakan juga akan naik dan efektif berlaku pada 1 Februari 2025.

"Jagung berapa pun produksinya, dibeli oleh Bulog dengan harga Rp5.500 per kg. Namun tentunya perlu waktu. Karena panen jagung dimulai Februari, maka diberlakukan per 1 Februari," kata Zulhas.

"Ini karena kalau diberlakukan sekarang akan mengganggu stok yang ada. Jadi jagung hasil panen tahun ini dimulai pada panen 1 Februari 2025, bukan stok jagung yang ada," tambahnya.

Menko Zulhas juga menyebut, untuk menjaga semangat petani berproduksi, ketersediaan pakan yang kontinyu menjadi penting. Oleh karena itu, pihaknya membuka opsi untuk melakukan pengadaan gandum pakan dari luar.

Dia mengaku bahwa pihaknya tidak ingin menurunkan semangat produksi petani jagung. Sehingga pihaknya sepakat mengganti jagung dengan gandum untuk pakan, karena dinilai dengan harga yang murah.

"Nah ini nanti kita akan Rakortas-kan. Tapi tolong dicatat, ini gandum untuk pakan ternak. Dan kalaupun impor, harus memperhatikan kondisi petani dan ketersediaan jagung pakan. Jadi harus diputuskan dalam Rakortas," urai Zulhas.