Bandarlampung (ANTARA) - Program Studi Rekayasa Tata Kelola Air Terpadu (TKA) telah menggelar Kuliah Umum Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Berkelanjutan beberapa waktu lalu. Kegiatan yang menghadirkan Prof. Slamet Budi Yuwono, selaku Wakil Ketua Forum DAS Provinsi Lampung, sebagai pemateri Pengelolaan DAS Berkelanjutan tersebut.
Kuliah Umum tersebut dimoderatori Rahma Yanda, selaku Koordinator Prodi TKA. Prof. Slamet memaparkan kondisi DAS Sekampung yang mengalami alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian dan adanya sedimentasi yang bertambah terus sehingga mengurangi umur bendungan yang direncanakan. Untuk itu, telah dilakukan kajian Resource Sharing dan Cost Sharing dalam rangka pengelolaan DAS Sekampung yang berkelanjutan. Menurut Prof. Slamet, terdapat 7 subDAS dari DAS Sekampung.
“Lampung mempunyai tipe hutan yang paling lengkap, dimana terdapat tipe hutan lindung, tipe hutan produksi, dan kawasan konservasi,” ujar Slamet
Dia mengatakan, debit Sungai BBWS 2.000-2.100 mm/tahun data hujan relatip tetap yakni curah hujan 3 hari berturut-turut lebih dari 50 mm. Hari pertama membasahi tanah, hari kedua menjenuhi tanah, hari ketiga sudah sulit menyerap.
”Jika kurang lahan terbuka, akan mudah terjadi erosi apalagi lahan kritis di Lampung tidak berfungsi baik. Artinya tata airnya sudah tidak berfungsi, tidak mampu meresapkan air dan itu totalnya mencapai 21.444 Ha.”
Menurutnya terdapat potensi dana sekitar Rp18 milyar per tahun dari sektor irigasi untuk jasa lingkungan. Untuk itu, perlu memupuk tanggungjawab dari setiap pengguna air dari delapan sektor agar pengguna memanfaatkan secara bijaksana.