Pasca bencana nuklir Fukushima, Taiwan akan longgarkan larangan impor makanan asal Jepang

id Taiwan,Jepang,Fukushima,impor makanan,perdagangan

Pasca bencana nuklir Fukushima, Taiwan akan longgarkan larangan impor makanan asal Jepang

Arsip - Kapal polisi berbendera Taiwan berlayar di Pelabuhan Taipei di Taipei, Taiwan, Februari 2021. (ANTARA/Reuters/Ann Wang/as)

Taipei (ANTARA) - Taiwan mengatakan pada Selasa akan melonggarkan larangan impor makanan Jepang yang ditetapkan setelah bencana nuklir Fukushima pada 2011 silam.

Kebijakan itu diharapkan dapat menunjukkan bahwa Taiwan merupakan mitra yang bertanggung jawab dan memudahkan masuknya pulau itu ke dalam pakta perdagangan utama trans-Pasifik.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada 2016 bahwa otoritas Jepang telah mengawasi secara cermat kontaminasi makanan dan menerapkan langkah-langkah perlindungan guna mencegah penjualan dan distribusi makanan yang terkontaminasi di dalam dan luar Jepang pascatsunami dan bencana nuklir di Fukushima.

Jepang sebelumnya mengatakan bahwa banyak negara, seperti Amerika Serikat dan Australia, telah mencabut atau melonggarkan pembatasan terkait Fukushima dan makanan asal Fukushima, termasuk beras yang kini tengah diekspor ke pasar-pasar dunia seperti Thailand.

Taiwan melarang impor produk makanan dari lima prefektur di Jepang setelah pembangkit nuklir Fukushima hancur karena gempa dahsyat dan tsunami.

Taiwan sudah mempertahankan larangan itu meskipun Jepang sudah berulang kali memastikan bahwa makanan tersebut saat ini aman.

Juru Bicara Kabinet Lo Ping-cheng mengatakan Taiwan telah memutuskan untuk membuat “penyesuaian yang adil” terhadap larangannya.

Dengan banyaknya negara yang sudah mencabut pembatasannya dan Taiwan harus mengikutinya, lanjut dia, tidak ada risiko keamanan dengan pemeriksaan ketat.

“Untuk bergabung dengan sistem perdagangan dan ekonomi internasional, untuk bergabung dengan CPTPP berstandar tinggi, sebuah negara tidak bisa berdiri di luar dan terjebak dalam cara-cara lama atau menolak bukti ilmiah,” kata dia mengacu pada Perjanjian Progresif dan Komprehensif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP).

CPTPP adalah perjanjian dagang antara Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Chile, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia, Peru, Singapura, dan Vietnam.

“Kami tidak dapat menghindari permintaan wajar dari Jepang,” ujarnya.

Larangan impor terhadap produk-produk tertentu dari lima prefektur Jepang, seperti jamur dan binatang liar akan tetap berlaku, kata Lo.

Namun, lanjut dia, produk-produk lainnya dari sana harus menunjukkan hasil radiasi terbaru dan membuktikan asalnya sebelum produk-produk itu diizinkan masuk ke Taiwan dan akan diuji kembali saat kedatangan.

Lo menambahkan bahwa pengumuman itu yang kemungkinan akan berlaku efektif pada Februari akhir, bukan bagian dari kesepakatan pertukaran untuk dukungan masuk CPTPP Jepang kendati ia mengakui bahwa hal itu dapat membantu masuknya mereka ke dalam blok tersebut.

Taiwan tahun lalu mengajukan untuk bergabung dalam CPTPP.

Jepang sudah menyatakan dukungannya kepada Taiwan untuk bergabung ke dalam CPTPP.

China yang mempertahankan larangan makanan yang berhubungan dengan Fukushima juga telah melamar untuk bergabung.

Kepala negosiator perdagangan Taiwan John Deng mengatakan lamaran CPTPP mereka berjalan mulus, tetapi negara-negara anggota saat ini tengah fokus pada permintaan masuk Inggris.

Dalam referendum 2018, Taiwan memilih dengan selisih suara besar untuk mempertahankan larangan itu meskipun hasil referendum hanya mengikat selama dua tahun.

Partai oposisi utama Taiwan, Kuomintang, mengatakan tidak ada yang bisa "merobe" hasil referendum itu dan Partai Progresif Demokratik yang berkuasa akan "membayar harganya".

Sumber: Reuters