Bandarlampung (ANTARA) - Institut Teknologi Sumatera (ITERA) resmi mengoperasikan Pembangkit Listrtik Tenaga Surya (PLTS) kapasitas 1 Megawatt-peak (MWp) yang dibangun atas kerja sama ITERA, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, dan PT Surya Utama Nuansa (SUN), di kawasan kampus ITERA, pada Kamis (7/1).
PLTS yang dibangun di atas lahan seluas satu hektare tersebut menjadi laboratorium PLTS terbesar di Indonesia yang akan dimanfaatkan untuk berbagai penelitian tentang energi terbarukan.
PLTS ITERA dibangun dari 3.036 panel surya dan menghasilkan energi listrik sebesar 4 Megawatt hour (MWh) per hari dan mampu mengurangi emisi karbon hingga 5.600 ton CO2 per tahun. Dengan memiliki PLTS tersebut, ITERA telah mampu memenuhi 50 persen kebutuhan energi listrik secara mandiri.
Peresmian pengoperasionalan Laboratorium PLTS 1 MWp ITERA dilakukan bersamaan dengan peresmian Indonesia Continuously Operating Reference Station (Ina-CORS) hasil kerja sama antara ITERA dan Badan Informasi Geospasial (BIG). Ina CoORS merupakan jaring kontrol geodetik aktif di Indonesia berupa stasiun Global Navigation Satellite System (GNSS) permanen di permukaan bumi untuk kebutuhan informasi geospasial dasar termasuk pemetaan.
Peresmian dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, yang diwakili Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdikbud RI Nizam, dan sambutan dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif yang dilakukan secara daring. Selain itu hadir Plt. Kepala BIG Muhtadi Ganda Sutrisna, Gubernur Provinsi Lampung Arinal Djunaidi serta para Direktur PT Wika, PT Wijaya Karya Industri Energi, dan PT SUN.
Dirjen Dikti Nizam mengapresiasi pembangunan Laboratorium PLTS dan Ina-CORS ITERA, hal tersebut menjadi wujud nyata keberhasilan perguruan tinggi dalam membangun kolaborasi dengan stakeholder, yaitu pemerintah, BUMN, dunia industri, dan masyarakat.
“Sinergi pentahelik adalah sebuah keniscayaan untuk wewujudkan kampus menjadi mata air dalam pengemabangan IPTEK untuk industri. Semoga PLTS dan Ina-CORS ITERA dapat mewarnai pembanguan di Provinsi Lampung dan membawa kemajuan untuk Sumatera dan Indonesia,” ujar Nizam.
Sementara Menteri ESDM Arifin Tasrif berharap pembangunan PLTS groundmontaid di ITERA yang juga Laboratorium PLTS terbesar di Indonesia tersebut mampu mendorong bangsa Indonesia menguasai teknologi PLTS.
“Dengan beroperasinya Laboratorium PLTS ITERA, semoga membuka cara berfikir kita dalam menghadapi masa depan yang bersih dengan pemanfaatan energi bersih efesiensi energi,” ujar Menteri ESDM.
Rektor ITERA Ofyar Z Tamin, menyampaikan, dengan keberadaan PLTS 1 MWp selain menjadi kampus yang mencanangkan diri sebagai kampus mandiri energi, ITERA juga menjadi kampus dengan laboratorium PLTS terbesar di Indonesia, yang diharapkan menjadi pusat munculnya inovasi dan riset-riset baru tentang energi surya dan energi terbarukan.
Laboratorium PLTS ITERA tidak hanya akan dimanfaatkan oleh para dosen dan mahasiswa ITERA untuk melakukan penelitian, tetapi juga para dosen dan mahasiswa kampus lain, para peneliti dan tenaga profesinal
“Keberadaan PLTS ini adalah wujud kolaborasi ITERA dengan pemerintah dan industri, sehingga ITERA tidak perlu mengeluarkan dana untuk bisa memiliki PLTS dan laboratorium PLTS terbesar di Indonesia ini,” ujar Rektor.
Gubernur Lampung Arinal Djunaidi dalam sambutannya yang disampaikan oleh Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Lampung, Elvira Umihanni berharap dengan adanya Laboratorium PLTS 1 MWp dan Ina-CORS di ITERA dapat mendukung pembangunan Provinsi Lampung, serta mampu dikembangkan secara luas manfaatnya untuk membangun daerah hingga desa-desa.
Miliki Ina-CORS
Dalam kesempatan yang sama, Rektor juga berterima kasih atas pendirian Ina-CORS yang dibangun oleh Badan Informasi Geospasial di kampus ITERA. Nantinya stasiun ini akan dimanfaatkan baik oleh dosen, mahasiswa, dan peneliti untuk mendukung kegiatan tri dharma ITERA.
Plt Kepala BIG Muhtadi Ganda Sutrisna, menyampaikan, stasiun ina cors akan menjadi acuan dalam rangka mendukung kegiatan seputar informasi geospasial dasar yang bersifat detail. Pengamatan yang dilakukan stasiun ini akan terus menerus 24 jam secara terus menerus, selama tujuh hari, dan datanya akan terhubung dengan server yang ada di BIG. Sampai tahun 2020 BIG telah mengoperasikan sebanyak 245 stasiun CORS di seluruh wilayah di Indonesia.
“Semoga layanan data Ina-CORS dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung penelitian-penelitian di bidang ilmu kebumian, sehingga menambah nilai lebih tinggi bagi seluruh sivitas akademika di ITERA dan pemanfaatan Ina-CORS secara nasional,” ujar Muhtadi.