Terduga teroris kelompok JAD Makassar kirim dana untuk bomber Katedral Filipina

id jamaah ansharut daulah,teroris,bom bunuh diri gereja jolo filipina

Terduga teroris kelompok JAD Makassar  kirim dana untuk bomber Katedral  Filipina

Pengendara melaju di depan rumah terduga teroris yang dipasangi garis polisi usai penggerebekan di Perumahan Villa Mutiara, Kelurahan Bulurokeng, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (6/1/2021). . ANTARA FOTO/Arnas Padda/yu/aww. (ANTARA/ARNAS PADDA)

Jakarta (ANTARA) - Kepala Bagian Penerangan Umum Divhumas Polri Kombes Pol Ahmad Ramadhan mengungkapkan bahwa dua terduga teroris kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Kota Makassar, Sulawesi Selatan, yakni MRS alias MR alias Ri (46) dan SA alias Aj alias AZ (23) dalam aksi teror berperan dalam pengiriman dana untuk pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral, Jolo, Filipina pada 2019 silam.

MRS alias MR alias Ri (46) dan SA alias Aj ini diketahui punya hubungan kekerabatan sebagai mertua dan menantu. Keduanya menjadi fasilitator pelarian Andi Baso yang merupakan buronan bom Gereja Oikumene, Samarinda, tahun 2017.

Kemudian MR dan SA bersama kelompoknya yang menghuni Cluster Biru Villa Mutiara secara rutin berlatih menembak dan naik gunung sejak Oktober 2020.

"Mulai bulan Oktober 2020 secara rutin mereka melakukan latihan menembak dan naik gunung atau idad," kata Kombes Pol Ahmad Ramadhan di Kantor Bareskrim Polri, Jakarta, Rabu.

Keduanya bersama jaringan JAD lainnya diketahui berbaiat kepada khilafah atau ISIS di Pondok Pesantren Aridho pimpinan Ustaz Basri pada 2015. Pada 2016, MR dan SA bersama keluarganya hendak bergabung dengan organisasi teroris ISIS di Suriah namun niat mereka dapat dicegah polisi di Bandara Soekarno Hatta.

Sebelumnya MR dan SA ditangkap tim Densus 88 Antiteror Polri di Cluster Biru Villa Mutiara, Jalan Boulevard, Kelurahan Bulurokeng, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sulsel, pada Rabu.

MR dan SA ditangkap bersama 18 orang terduga teroris lainnya, namun keduanya melawan petugas dengan menggunakan parang dan senapan angin jenis PCP sehingga petugas terpaksa menembak keduanya hingga tewas.

Sementara 17 orang lainnya langsung ditangkap dan diterbangkan ke Jakarta untuk menjalani pemeriksaan serta satu orang inisial I (34) dibawa ke RS Bhayangkara untuk dirawat.