Kasus infeksi corona di Amerika Latin capai 8 juta

id Amerika Latin, COVID-19,Brazil

Kasus infeksi corona di Amerika Latin capai 8 juta

Dokumentasi - Seorang anggota Angkatan Bersenjata Republik Dominika menutup gerabng di perbatasan antara Malpasse, di Haiti, dan Jimani, di Republik Dominika, seperti yang terlihat dari Malpasse, Haiti, Selasa (17/3/2020). Haiti telah menunda penerbangan dari Eropa, Amerika Latin dan Kanada dan melaksanakan pembatasan di perbatasan dengan negara yang bertetangga dengan Republik Dominika untuk mencegah penyebaran penyakit virus korona (COVID-19). ANTARA/REUTERS/Andres Martines Casares/am.

London (ANTARA) - Kasus virus corona di Amerika Latin, kawasan dengan infeksi terbesar di dunia, menyentuh angka delapan juta pada Kamis (10/9) meski ada indikasi bahwa penyebaran virus kini melandai di sejumlah negara.

Selama sepekan terakhir, rata-rata kasus harian di kawasan tersebut turun menjadi 67.173 hingga Rabu (9/9) dibandingkan 80.512 kasus pada pekan sebelumnya, menurut hitungan Reuters, yang berdasarkan pada data pemerintah.

Brazil, yang mengalami wabah terparah di kawasan tersebut, masih berada di urutan teratas Amerika Latin untuk kasus dan kematian COVID-19, dengan total 4,2 juta infeksi dan 128.000 lebih kematian.

Akan tetapi, pejabat Brazil mencatat penurunan infeksi dalam beberapa hari belakangan.


40.557 kasus baru di Brazil

Pada Kamis, Brazil melaporkan 40.557 kasus baru, sehingga jumlah kasus di Amerika Latin menyentuh angka delapan juta.

Penurunan rata-rata kasus COVID-19 juga terjadi di Peru, Kolombia dan Meksiko, negara-negara dengan kasus tertinggi setelah Brazil.

Lebih dari 900.000 orang di seluruh dunia meninggal karena COVID-19, dengan Amerika Serikat, Brazil, India serta Meksiko mencatat kematian terbanyak.

Tak sedikit pemimpin Amerika Latin kini berjuang meminimalisasi dampak ekonomi akibat pandemi, yang telah memicu kemerosotan finansial terbesar di banyak negara.

Sektor pariwisata kawasan itu diperkirakan merugi sekitar 230 miliar dolar AS (sekitar Rp3.461 triliun) tahun ini, sebagai imbas dari penutupan perbatasan dan penurunan tajam perjalanan internasional.

Sumber : Reuters