Gajah sumatera berkaki buntung mati diduga akibat sakit

id gajah sumatera,gajah berkaki buntung,gajah sumatera Dita mati,BBKSDA Riau

Gajah sumatera berkaki buntung mati diduga akibat sakit

Bangkai gajah sumatera liar bernama Dita saat ditemukan mati di Balai Raja Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Riau, Senin (7/10/2019). (ANTARA/HO-RSF)

Pekanbaru (ANTARA) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menyatakan penyebab kematian Dita, seekor gajah sumatera liar yang berkaki buntung, adalah akibat sakit.

"Perkiraan sementara kemungkinan sakit karena badannya utuh. Dia gajah betina tak ada gading jadi kemungkinan juga bukan mati akibat perburuan," kata Kepala BBKSDA Riau, Suharyono di Pekanbaru, Senin.

Ia menjelaskan tim dari BBKSDA Riau langsung menuju ke lokasi kematian gajah Dita di Balai Raja Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, untuk melakukan nekropsi atau bedah bangkai. Hasil identifikasi awal, lanjutnya memang benar bahwa bangkai tersebut adalah gajah Dita yang berusia lebih dari 25 tahun.



Hal tersebut diperkuat dengan tanda fisik pada kaki kiri gajah yang buntung sebagian akibat pernah terkena jerat pada tahun 2014.

"Perkiraan kematian, identifikasi diperkirakan sudah lima hari. Hasil lengkap nanti setelah tim medis melakukan nekropsi untuk memastikan penyebab kematiannya," ujar Suharyono.
Foto gajah sumatera liar bernama Dita saat masih hidup mengalami luka di kakinya, sebelum ditemukan mati di Balai Raja Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Riau, Senin (7/10/2019). (ANTARA/HO-BBKSDA Riau)


Gajah malang tersebut selama ini menderita karena kaki kiri bagian depan tidak utuh lagi pada bagian tapaknya akibat terkena jerat pada sekitar tahun 2014. Pegiat lingkungan bersama Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau berulangkali mengobati gajah betina tersebut dan akhirnya memberi nama Dita.



Suharyono menyatakan pengobatan pernah dilakukan pada 2014 hingga 2017. Namun, luka itu tidak kunjung sembuh dan menyebabkan kaki kiri Dita buntung.

Lokasi matinya gajah merupakan bagian dari Suaka Margasatwa Balai Raja yang kondisinya banyak beralih fungsi dari hutan menjadi permukiman warga, kantor pemerintahan dan kebun kelapa sawit. Habitat asli gajah sumatera sudah tidak lagi hutan, dan satwa bongsor tersebut kerap dianggap warga sebagai hama yang merusak kebun kelapa sawit.